Dari sini mulai liyer alias bingung. Sebab tak tahu arah. Saya hanya mengikuti papan petunjuk arah yang terlihat di jalan. Bertemu pertigaan saya ambil kanan mengikuti feeling. Lurus terus tak tahu arahnya kemana. Tak lama melihat papan petunjuk arah bertuliskan, lurus ke Subang, Tangkuban Perahu, Lembang. Ke kanan Kantor Bupati Bandung Barat.
Saya pilih belok kanan dengan harapan menemukan papan petunjuk arah ke Cimahi. Kalau pilih ke Lembang terlalu jauh. Lagi pula hari masih pukul tiga sore jadi bolehlah mampir dulu ingin tahu seperti apa Kantor Bupati Bandung Barat. Ternyata jalurnya itu naik turun seperti daerah perbukitan. Rumah penduduknya jauh-jauh. Ketika bertemu jalan lurus, kanan dan kirinya perkebunan. Wah, saya mulai mikir. "Aduh, kalau apesnya ban bocor dan bensin habis bagaimana ini? Mana hari semakin sore pula."
Akhirnya saya putuskan mencari jalan utama saja. Okelah tak apa lewat Lembang. Dengan kapasitas baterai yang mulai down, saya terpaksa membuka maps. Lalu mengikuti petunjuk yang ada di maps. Tetapi karena tak yakin dengan maps saya pun bertanya pada orang yang dijumpai. Apalagi jalur yang saya lalui naik turun dan curam seperti di puncak. Setelah bertanya dan arah saya sudah benar. Maka saya lanjutkan perjalanan dengan hari sedikit lega.Â
Baru beberapa kilometer tiba-tiba turun hujan. Saya belum mencari tempat berteduh dengan harapan hujannya hanya sebagian. Jadi tak harus berhenti atau mengenakan jas hujan. Ternyata perkiraan saya salah. Hujan semakin deras dan jalan di depan saya turunan cukup curam. Akhirnya saya pun mencari tempat berteduh.Â
Ada beberapa orang yang berteduh di tempat yang sama. Saya gunakan kesempatan ini untuk bertanya lagi. Memang benar ini jalan menuju Lembang. Tetapi masih cukup jauh katanya. Wuduh, pikir saya. Reflek saya melihat jam, sudah pukul lima sore. Alamat buka puasa di jalan.
Dan benar. Usai hujan reda, saya kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini saya lebih berhati-hati karena jalan terlihat licin akibat guyuran hujan. Apalagi jalur selanjutnya seperti puncak Cisarua, meliuk-liuk naik turun cukup curam. Saat saya perhatikan nama daerahnya ternyata namanya Cisarua juga. Hanya ini Cisarua, Padalarang. Wow, lepas dari jalur puncak bertemu lagi jalur puncak.Â
Lumayan menegangkan. Sebab jalurnya lebih curam. Usai hujan pula. Begitu turunan tajam terlampaui dan tanjakan tinggi teratasi tak jauh dari kelokan terakhir saya bertemu pertigaan jalan bertuliskan ke kiri Lembang ke Kanan Ledeng. Saya pilih belok kiri karena ingin menikmati suasana Lembamg malam hari. Tak lama azan magrib berkumandang. Saya terus susuri jalan sambil mencari tempat istirahat yang nyaman. Rumah Sosis dan Susu Murni Lembang meyakinkan saya kalau ini sudah tiba di Lembang.Â
Apalagi setelah melintasi alun-alun Lembang. Sambil berbuka puasa di sekitar alun-alun, saya kabarkan kepada keluarga di rumah kalau saya sudah sampai Bandung. Tetapi ingin bermalam dulu di Lembang. Selain ingin menikmati Lembang malam hari, saya juga ingin menikmati Lembang pagi hari. Kapan lagi? Mumpung di sini. Esok atau lusa belum tentu bisa ke sini lagi. Tak akan ada yang mau diajak ke sini. Sebab Lembang terkenal akan kemacetannya.Â