Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tips Mengelola THR Berdasarkan Status Diri

20 Mei 2019   05:33 Diperbarui: 20 Mei 2019   07:27 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image foto by pixabay.com

THR atau Tunjangan Hari Raya merupakan tiga kata yang paling dinantikan dalam kondisi seperti ini selain kata gajian. THR adalah hak seorang pekerja dari instansi tempat ia bekerja. 

Besaran dan kapan waktunya THR diberikan sudah ada aturannya. Biasanya satu bulan gaji. Jadi menjelang hari raya pemasukan bulanan kita dua kali lipat. Yeaah..senang dong. Tetapi mengapa sesudah hari raya banyak yang mengeluh. 

"Duh, akhir bulan masih jauh ya?" Dompet gue udah tipis nih."

"Uang segitu sudah habis, Bun? Kan Ayah sudah serahkan semua sama Bunda."

"Ayah kan lihat sendiri Bunda beli apa saja? Keperluan anak-anak. Kebutuhan pokok di rumah dan oleh-oleh untuk keluarga di kampung. Lebaran harga-harga naik semua Ayah. Jadi dapat THR ya tetap saja kurang."

Ups! Ini artinya ingin cepat-cepat gajian lagi. Padahal baru saja mendapat gaji dua kali lipat. Di mana coba salahnya? Kok bisa terjadi seperti itu?

Agar kejadian seperti itu tidak terulang. Rasanya perlu diingatkan cara mengelola THR yang baik. Ya, diingatkan. Karena untuk pengelolaan uang rasanya semua sudah memiliki cara masing-masing yang dianggap paling jitu. 

Hanya saja suka khilaf atau kebablasan ketika mendapat rezeki berlebih. Untuk itu perlu diingatkan. Terutama berdasarkan status diri. Jangan sampai mereka yang sudah berstatus double merasa masih single. Sebab pengeluarannya sudah berbeda. Jadi tidak bisa disamakan.

Lalu seperti apa mengelola THR berdasarkan status diri itu? Berikut ini penjabaran secara singkatnya. Semoga bermanfaat:

Single

Secara logika pengeluaran seseorang yang masih single belum seberapa dibandingkan dengan mereka yang sudah berkeluarga. Logikanya loh! Tetapi pada kenyataannya tidak juga. Urusan pengeluaran sih ternyata sama saja.

Nah, bagaimana agar THR yang diterima seorang single bisa bermanfaat tak hanya untuk diri sendiri? Harus pandai-pandai menahan diri nih. Biasanya suka tergoda mengganti barang-barang pribadi yang sebenarnya masih bagus. Karena ada uang berlebih jadilah ganti model yang terbaru. 

Pengalaman pribadi juga soalnya. Jadinya suka menyesal begitu dompet mulai tipis. Dan sedih ketika ada keluarga yang merengek minta dibelikan sesuatu tetapi tak bisa memberi lantaran dananya sudah kita belikan sesuatu itu.

Sebaiknya THR harus segera disisihkan untuk sesuatu yang lebih bermanfaat. Bagi yang muslim bisa diniatkan untuk umroh atau mengumrohkan orang tua. Jadi tinggal menabung untuk kekurangannya.

Selebihnya bisa untuk berbagi dengan keluarga, kerabat dan sesama. Meski tidak banyak asal bisa melihat senyum bahagia orang-orang yang kita kasihi, itu sesuatu yang tak ternilai harganya. 

Berbagi dengan keluarga sih tak harus menunggu THR. Setidaknya pada saat mendapat THR bisa memberi lebihlah dari biasanya. Jadi THR yang kita terima lebih barokah.

Single Parent

Image foto by makchic
Image foto by makchic

Sama-sama single tetapi memiliki tanggungjawab yang "harus" dipenuhi dengan atau tanpa THR. 

Menjadi orang tua tunggal dalam artian di sini bisa mereka yang sudah berpisah dengan pasangannya dan telah dikaruniai anak. Atau seseorang yang belum menikah namun harus membiayai orang tua dan adik-adiknya.

Untuk status seseorang yang demikian, THR tentu menjadi sesuatu yang sangat diharapkan. Namun tetap tidak boleh egois. Artinya menggunakan THR untuk menyenangkan diri sendiri karena merasa setiap hari sudah bekerja keras untuk keluarga.

"Sesekali bolehlah menyenangkan diri sendiri."

Boleh saja. Dan sah-sah saja. Toh uang sendiri juga. Masalahnya kalau ada apa-apa dengan keluarga, kita juga yang repot. Karena kita tulang punggungnya.

Jadi ketika mendapat rezeki berlebih, THR ini contohnya. Harus pandai-pandai menyiasatinya. Tetap sisihkan untuk hal-hal tak terduga dikemudian hari. Selebihnya baru untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan diri sendiri tentunya. Karena ada yang lebih penting ketimbang ganti ponsel baru misalnya.

Berkeluarga

Image foto by pixabay.com
Image foto by pixabay.com

Kalau status demikian sudah jelas keperluannya. Untuk istri dan anak-anak. Terutama sekali anak-anak. Sebab semakin besar anak-anak kebutuhannya semakin banyak.

THR yang diterima sebaiknya dialokasikan untuk dana anak-anak. Tidak salah jika ingin digunakan untuk yang lain-lain. Tapi alangkah baiknya jika yang lain-lain itu bisa dipertimbangkan lagi. 

Apalagi jika dalam keluarga ini ada tanggungjawab lain yakni mengurus orang tua yang sakit-sakitan. THR yang diterima harus benar-benar dimanfaatkan untuk keperluan orang tua yang tak terduga. 

Bukan berarti kita tidak boleh happy-happy dengan THR yang kita terima. Boleh saja. Asal tetap menyisihkan untuk urusan yang sudah pasti tersebut. Urusan anak-anak dan orang tua.

Jangan berpikir, "Ah, nanti ya nanti. Urusan belakangan. Toh, masih ada gaji berikutnya. Sekarang nikmati yang ada."

Ups. Jangan meremehkan takdir. Yap, takdir. Sesuatu yang tidak bisa kita prediksi datangnya. Tiba-tiba ada kejadian buruk yang menimpa salah satu keluarga. Tak harus menunggu gajian toh untuk mengurus semua? Akan sedikit lega kalau ada dana yang sudah disisihkan dari THR. Sehingga tidak harus menganggu pos pengeluaran yang lain. 

Pasangan Baru

Image foto by topbank.vn
Image foto by topbank.vn

Artinya pasangan yang baru memulai hidup baru. Yakni berumah tangga. Saya tidak sebut pasangan muda. Karena yang baru menikah tak melulu anak muda toh.

Nah, bagi pasangan baru seperti ini. Apalagi yang sama-sama bekerja. THR yang diterima bisa jadi ujian loh. 

Honeymoon bisa dijadikan alasan untuk berwisata ke tempat-tempat yang berbudget tinggi.

"Mumpung ada uang. Kapan lagi bisa ke sana kalau enggak sekarang. Mumpung belum punya anak juga."

Memang benar sih. Tetapi berwisata ke tempat yang tidak perlu biaya besar seharusnya bisa juga kan. Karena apa? Untuk mengantisipasi hal-hal yang tak terduga dan membutuhkan dana besar.

Sebagai persiapan persalinan contohnya. Memang belum hamil. Tetapi tak ada salahnya mulai mempersiapkan dananya dari sekarang. Anak itu rezeki yang diberinya bisa kapan saja.

Ketika menikah semua terlihat baik-baik saja. Tiba-tiba saat diberi anak cobaan hidup mulai datang. Suami yang terpaksa tak bekerja karena perusahaannya bangkrut. Bisa saja terjadi toh. Dan untuk memulai usaha atau mencari pekerjaan baru tidak bisa secepat kilat.

Disinilah urusan dana mulai terasakan geliatnya. Kalau sudah ada simpanan dari THR yang diterima, tentu sedikit lega. Sebab sudah ada dana untuk persalinan. Sehingga tidak perlu panik dan ribut memikirkan hal tersebut. 

Tinggal menjalani semua dengan baik-baik. Suami mencari pekerjaan lagi pun dengan hati tenang. Tidak terpaksa karena diceramahi istri setiap hari.

Intinya, apapun status kita. Mesti "mau" mengelola THR dengan bijak. Artinya mau menahan ego pribadi, mau memikirkan ke depannya dan mau memikirkan orang lain. Sehingga tidak kebablasan dalam menggunakan THR yang diterima. (EP)

Note:

Tulisan senada bisa disimak juga di sini:

https://catatandenik13.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun