Hari itu Selasa, 9 April 2019 pukul 03.30 WIB para  peserta yang mayoritas ibu-ibu telah berkumpul di satu  titik dan siap untuk berangkat ke Cirebon.  Tujuan utamanya ke desa Ciwaringin.Â
Salah satu kabupaten di wilayah Cirebon yang terkenal akan batik tulis dengan pewarna alaminya. Tentang bagaimana dan seperti apa penggunaan pewarna alami tersebut, menjadi pembelajaran penting bagi para peserta pelatihan. Kelak mereka bisa menentukan apakah akan menggunakan pewarna alami ataukah pewarna kimia untuk membuat batik khas Kota Tangerang. Tentu saja setelah menimbang baik buruknya penggunaan kedua pewarna tersebut.
Banyak ilmu yang didapat dari kunjungan ini. Terutama tentang penggunaan pewarna alami dalam membatik. Rombongan juga diajak melihat langsung kegiatan para warga yang sedang membatik di teras maupun di pekarangan rumah. Sekitar kurang lebih 150 warga di sini kegiatan sehari-harinya adalah membatik.Â
Menurut Nur Salim tradisi membatik masyarakat di desa Ciwaringin ini telah ada sejak akhir abad ke-18. Tahun 2013 pembatik di desa ini ada yang sudah berusia 100 tahun. Dan ia sudah membatik sejak usia ABG. Bisa dibayangkan bagaimana batik sudah mendarah daging dalam tubuh masyarakat desa Ciwaringin.Â
Dalam perjalanannya kenapa Batik Trusmi lebih dulu dikenal oleh masyarakat luas? Hal ini disebabkan oleh lokasi desa yang memang bertolak belakang. Jika Batik Trusmi berada di dekat pusat kota. Sementara Batik Ciwaringin berada di pelosok desa. Tetapi keduanya memiliki ciri khas dan keistimewaan masing-masing.Â
Batik Ciwaringin dengan hampir 95% menggunakan pewarna alami. Dan dipengaruhi oleh corak Batik Lasem. Sementara Batik Trusmi lebih mengarah ke motif Batik Pekalongan. Meski tiap desa memiliki ciri khas masing-masing tetapi ada satu motif batik yang mewakili daerah ini secara keseluruhan, yaitu motif Batik Mega Mendung.
Siapa yang tak mengenal Batik Mega Mendung? Bahkan dunia sangat mengenal bahwa motif Batik Mega Mendung berasal dari Cirebon, Jawa Barat, Indonesia. Terkait hal ini Kota Tangerang sedang berupaya menjadi salah satu kota yang juga dikenal akan batiknya.Â
Ada beberapa wilayah di Kota Tangerang yang bisa disebut sebagai kampung batik. Salah satunya Kampung Batik Kembang Larangan dengan cirinya Batik Kembang Mayang.Â
Selain itu ada motif batik lain yang diambil dari beberapa icon yang ada di Kota Tangerang. Seperti batik Cisadane yang menggambarkan tentang sungai Cisadane sebagai sungai terbesar di Kota Tangerang. Lalu ada motif batik Nyi Mas Melati yang menggambarkan tentang sosok pahlawan wanita asal Kota Tangerang.
 Ada lagi motif batik Herang dengan gambar pendopo dan perahu naga didalamnya. Hal ini menunjukkan keberadaan etnis Tionghoa yang telah menjadi bagian dari masyarakat Kota Tangerang.