Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Katedral Dulu, Vatikan Kemudian

6 April 2019   00:18 Diperbarui: 6 April 2019   06:36 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KATEDRAL JAKARTA. Tempat ibadah umat Katolik yang berdiri megah tepat di depan Masjid Istiqlal. Pada saat berkunjung ke Masjid Istiqlal, saya pandangi bangunan megah tersebut. Khayalan saya melambung ke negeri piza Italia. Bentuk bangunan Gereja Katedral ini memang mirip dengan bangunan-bangunana yang ada di Italia. Sangat artistik.

Tak hanya saya yang terkagum-kagum. Siapa pun yang melintas di sana pasti akan menoleh dan mengagumi bangunan tersebut. Terbukti ada beberapa pejalan kaki yang menyempatkan diri berdiri dan berswafoto di sana. 

Dulu saya pun demikian. Swafoto dari kejauhan atau dari halaman masjid Istiqlal demi mendapatkan latar Gereja Katedral. Tapi kok kurang puas ya? Maka ketika teman-teman dari kelompok pencinta museum mengajak ke sana, segera saya iyakan. 

Kami pun segera membuat janji bertemu di kantin yang letaknya dibelakang gereja. Saya yang datang ke sana dengan mengendarai sepeda, sempat menjadi sorotan petugas dan beberapa orang di sana. Apalagi saya muslimah berhijab. Saya merasakan tatapan tajam penuh tanya dari beberapa orang di sana. 

Saya tidak tersinggung dan sangat memaklumi hal tersebut. Peristiwa pemboman gereja yang juga pernah terjadi di sini membuat mereka perlu waspada. Lagi-lagi saya sangat memaklumi hal tersebut. Maka ketika saya usai memarkir sepeda dan menenteng tas bagasi lalu menuju arah belakang gereja kok ada yang mengikuti dari jauh. Saya tidak merasa tersinggung. Biasa saja. 

Karena memang niat saya baik. Ingin melihat dari dekat bangunan gereja yang unik ini. Dan ternyata oleh pemerintah telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya. Jadi ketertarikan saya sangat beralasan. Selain itu di samping gereja terdapat Museum Katedral. Maka semakin lengkaplah wisata sejarah saya kali ini.

Adapun tas bagasi sepeda saya tenteng kemana-mana. Itu bukan tanpa alasan. Saya khawatir hilang kalau tetap terpasang di sepeda dan saya tinggal di parkiran. Karena saya pernah memergoki orang yang sedang berusaha mencopot tas bagasi sepeda ini. Sejak itu jika sepeda saya harus diparkir maka tas bagasinya saya lepas. Risikonya menenteng kemana-mana itu. Tak apalah asal selamat. 

Kembali ke cerita saya memasuki area gereja sambil menenteng tas bagasi. Berhubung saya tidak mengetahui persis letak kantinnya maka saya bertanya pada orang yang dijumpai. "Maaf Bu. Saya mau tanya? Kantinnya itu sebelah mana ya?" Orang yang saya tanya terlihat heran. Saya hanya tersenyum dalam hati. Mungkin pikirnya untuk apa perempuan berhijab ini menanyakan kantin dengan membawa tentengan yang mencurigakan.

"Oh, lurus saja. Nanti belok kanan. Nah, dari situ sudah kelihatan kantinnya," sahut si ibu yang saya tanya tadi. Saya pun segera melangkah ke arah yang diberitahukan. Ketika tiba di kantin saya langsung ber- say hi dengan teman yang sudah lebih dulu tiba. Dari dalam kantin saya melihat ibu yang tadi ditanyai berjalan mondar-mandir di sekitar kantin sambil matanya melirik ke arah saya. Mungkin ia curiga. Saya hanya tersenyum dalam hati. 

Ini salah satu akibat dari perbuatan orang-orang tak bertanggungjawab yang melakukan pemboman. Merusak image orang-orang baik seperti yang saya rasakan. Dicurigai. Tetapi saya cuek saja. Karena saya memang tidak seperti yang dipikirkan. Jadi untuk apa risau? 

Setelah satu per satu teman yang lain datang, kami pun segera menuju Museum Katedral. Ternyata penjaga museumnya kenal dengan teman saya. Dan ia pun mengenali wajah saya yang katanya kerap ia lihat dibeberapa event. Wah, berarti wajah saya pasaran nih... hehehehe. Tapi setelah itu orang-orang yang tadi mengawasi dari kejauhan tak terlihat lagi. Mungkin sudah mengetahui maksud kedatangan saya. 

Usai melihat-lihat Museum Katedral, kami mengamati bentuk bangunan Gereja Katedral yang unik ini. Gereja yang memiliki nama resmi Santa Maria Pelindung diangkat ke Surga. Menurut sejarah yang saya baca, bangunan ini sudah berdiri sejak tahun 1810. Tetapi pernah mengalami kebakaran hebat pada tahun 1826. Bentuk bangunan aslinya hancur. Lalu dibangun kembali seperti sekarang ini oleh Ir. MJ. Hulswit sebagai arsiteknya. Bangunan bergaya Neo Gotik. 

Pintu bagian depan Gereja Katedral Jakarta
Pintu bagian depan Gereja Katedral Jakarta
Gereja Katedral diresmikan pada 21 April 1921. Dan menjadi salah satu bangunan cagar budaya yang harus dilindungi. Keunikan Gereja Katedral ini diantaranya terletak pada menara kembar dengan desain rangka besi dan ornamen. Juga pada jendela dan pintunya yang menjulang tinggi. 

Saya yang belum pernah masuk gereja segera saja memanfaatkan kesempatan ini untuk bisa melihat-lihat bagian dalam Gereja Katedral. Oh, seperti ini bagian dalamnya kata saya dalam hati. Unik dan megah luar dalam.

Bersama teman-teman KPMI dan sepeda saya
Bersama teman-teman KPMI dan sepeda saya
Setelah puas melihat-lihat bagian dalam Gereja Katedral. Saya dan teman-teman mulai pasang aksi alias foto-foto di halaman gereja. Saya segera mengambil sepeda di tempat parkir. Bangunan gerejanya memang bagus untuk dijadikan latar foto. Jadi sepeda saya harus ikut difoto. Karena jauh-jauh dari Tangerang nih. Anggap saja sedang jalan-jalan di Italia ujar teman-teman sambil tertawa. Saya pun segera meng-aaminkan. "Iyes, tak apalah Katedral dulu. Vatikan kemudian. Aamiiin." (EP)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun