Salah satu kegiatan yang saya lakukan ketika memiliki waktu senggang adalah membereskan rak buku. Entah itu merapikan susunan buku yang berantakan. Mengganti posisi buku karena bosan. Atau melihat-lihat lagi koleksi buku yang sudah lama.
Dari kegiatan terakhir, saya menyentuh tumpukan koleksi majalah dan koran-koran lama. Menjembullah beberapa koleksi Tabloid Bola yang masih tersimpan rapih. Salah satunya Tabloid Bola terbitan tahun 2005 dengan cover Andriy Shevchenco, yang memakai kostum AC Milan.
Gambling. Itu yang saya rasakan pada saat meraih Tabloid Bola tersebut. Teringat salam perpisahan Bola pada Jumat, 26 Oktober 2018 kemarin. Apapun bentuknya dan dengan siapa pun itu. Yang namanya kata berpisah selalu menyisahkan celah bernama kesedihan di hati saya. Saya loh! Entah dengan teman-teman yang lain.
Melo sekali ya saya ini? Namanya juga perempuan. Perasaannya kan halus. Koran saja  saya simpan dan jaga sedemikian rupa. Apalagi hati. Eh, kok jadi bawa-bawa hati sih. Tetapi karena pakai hati makanya segala kenangan saya bersama Tabloid Bola masih tersimpan di hati sampai sekarang.
Eaaa, segitunya. Tapi memang. Ada banyak kisah dan kenangan yang tercipta antara saya dengan Tabloid Bola. Salah satunya tentang sebuah persahabatan yang tercipta antara saya dengan seorang kawan di Bandung lantaran surat pembaca yang ada di Tabloid Bola.
Saat itu saya masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Dalam rubrik surat pembaca ada pembaca yang bertanya tentang AC Milan. Karena Milan adalah klub favorit saya, maka saya pun menjawab segala pertanyaannya melalui alamat pribadi yang ia berikan. Rupanya ia tinggal di Bandung dan sama-sama masih berstatus pelajar juga.Â
Dari surat menyurat berlanjut dengan bertukar nomor telepon. Berhubung sama-sama penyuka klub AC Milan, maka setiap kali ada siaran sepakbola Liga Italia atau Piala Champions dimana Milan yang bertanding. Kami pun saling mengingatkan untuk membangunkan satu sama lain lewat miss call sampai ada yang terbangun. Dan hal itu berlangsung cukup lama tanpa kami sadari. Hingga masing-masing kami telah memasuki dunia kerja.Â
Dalam kurun waktu tersebut belum sekalipun kami mengenali wajah masing-masing. Pokoknya cukup tahu kalau saya perempuan dan dia laki-laki. Dan lucunya kami pun seperti dilupakan untuk bertanya tentang media sosial yang dimiliki. Padahal kami punya akun FB, Twitter dan juga IG.
Jadi kami terbuai dengan obrolan tentang sepakbola dan para pemainnya. Lain-lain terlupakan. Begitulah sisi lain dari sepakbola. Saya dan si kawan ini juga tak segan berkirim segala sesuatu yang terkait dengan sepakbola dan pemain yang disukai. Baik itu untuk tingkat internasional maupun nasional.
Saya ingat betul saat ia mengirimi kaos tim Persib begitu tahu saya ingin mengoleksi kaos tim sepakbola. Juga mengirimi satu buku tentang Andriy Shevchanco salah satu pemain favorit saya. Begitu pula sebaliknya. Kami senang berkirim kabar dan benda-benda terkait sepakbola.Â
Sungguh sepakbola dan Tabloid Bola telah mempertemukan kami dalam ikatan persahabatan yang indah. Tak peduli saya perempuan dan dia laki-laki. Dan benar-benar tulus tanpa ada unsur lain seperti pendapat umum mengenai hubungan antara laki-laki dan perempuan.Â