Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cara Jitu Menembus Ketatnya Pengawalan Wali Kota Surabaya Saat Berada di Jakarta

15 Oktober 2018   02:20 Diperbarui: 16 Oktober 2018   12:05 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini saya mendapat undangan untuk menghadiri acara Indonesia Museum Awards 2018 di Perpustakaan Nasional, Jakarta.

Indonesia Museum Awards (IMA) adalah ajang pemberian Anugerah Purwakalagrha kepada perorangan dan juga museum yang memiliki kontribusi besar bagi perkembangan museum di Indonesia.

Tahun 2018 merupakan tahun ke-7 IMA menyelenggarakan gelaran ini. Komunitas Jelajah sebagai penyelenggara acara memberikan  penghargaan dalam berbagai kategori. Yang tentu saja pemenangnya berdasarkan penilaian dewan juri.

Salah satu anugerah yang diberikan adalah kategori Pejabat yang Peduli Museum. Dan untuk tahun ini penerimanya adalah Tri Rismaharini, walikota Surabaya. Upaya beliau untuk membuat seribu museum di Surabaya. Menjadikan museum bagian dari anak-anak bukanlah ucapan semata-mata. Tetapi diiringi dengan tindakan dan kerja nyata.

Diantaranya dengan membangun beberapa museum. Ada Museum Bung Tomo, Museum Surabaya, Museum Cat dan Museum WR. Supratman yang akan diresmikan pada bulan Nopember yang akan datang.

Sementara keinginannya untuk membuat museum bagian dari anak-anak, ia wujudkan dengan mengisi setiap museum dengan permainan tradisional. Dengan demikian anak-anak yang datang ke museum bisa memainkan permainan tersebut. 

Tak hanya itu. Setiap tahun dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Indonesia, Surabaya menggelar lomba permainan tradisional. Sehingga permainan yang tersedia di museum bisa dijadikan sarana bermain dan berlatih. 

Saya sebagai orang yang pernah menghabiskan masa kecil di Surabaya tentu saja merasa senang atas penghargaan yang diberikan kepada beliau. Atas kiprah beliau bagi daerah yang dipimpnnya. Wajar jika saya kemudian mengagumi sosoknya. Dan saya rasa hampir sebagian besar masyarakat memiliki kekaguman yang sama terhadap beliau.

Kehadirannya dalam acara Anugerah Indonesia Museum Awards 2018 tentu  tak boleh disia-siakan. Saya harus bisa menjumpai beliau, sekedar mengucapkan selamat dan tentu saja foto bersama. Kapan lagi bisa bertemu dengan sosok pemimpin yang dikagumi oleh negara lain itu.

Dokpri
Dokpri
Tetapi bukan hal mudah untuk mewujudkan niat saya tersebut. Selain saya harus bersaing dengan awak media yang mewawancarai beliau. Juga harus berhadapan dengan pengawalnya yang ketat sekali menjaga beliau. Wah, mesti pintar-pintar nih agar bisa berfoto dengan beliau.

Melihat orang-orang yang juga memiliki niat sama dengan saya dihalau oleh pengawalnya kala mendekat. Maka saya tidak boleh mengekor dan mengikuti beliau seperti mereka. 

Saya harus berlari sejenak memutar arah. Niat saya mencegat beliau didepan. Dan langsung memanggil beliau mengutarakan maksud saya. Jika ia mengetahui hal ini saya rasa beliau akan menanggapi. Tak mungkin diabaikan begitu saja. 

Berbeda jika mengekor di belakang atau di sampingnya. Yang akan merespon pengawalnya terlebih dulu. 

Syukurnya niat saya ini didukung oleh semesta. Pertama bentuk gedung perpustakaan yang melingkar, sehingga memudahkan saya mengambil jalan pintas. Kedua petugas di dekat tangga turun tidak terlalu banyak. Sehingga saya bisa langsug menerabas mencegat beliau. Begitu rombongan tiba langsung saja saya sapa beliau dan utarakan niat saya.

Dokpri
Dokpri
Dan ternyata benar. Beliau langsung menyambut saya dan meminta pengawalnya memotret kami. Yes! Betapa senangnya perasaan saya. Akhirnya bisa foto bersama beliau. Mudah bukan? Asal mau berupaya dan mencari cara, ada jalan bagi niat yang sudah tercetus di hati.

Norak ah! Bebas saja jika ada yang berpendapat seperti itu. Tapi bagi saya hal ini merupakan sesuatu yang berarti. Kisah dibalik foto bersama tersebut bisa menjadi cerita yang indah untuk dikenang bersama anak dan cucu. 

Lagi pula yang berebut ingin foto bersama beliau tak hanya kami para undangan biasa. Para tokoh dan pejabat yang menjadi tamu undangan pun melakukan hal yang sama. 

Bedanya. Mereka dengan mudah bisa foto bersama sebab nama dan wajah yang sudah dikenal. Sementara saya dan yang lain hanya rakyat biasa. Jadi dihalau begitu saja.

Maka perlu cara agar menjadi rakyat yang tak sembarang dihalau. Toh kita memiliki hak yang sama. Itu pendapat saya. Dan inilah cara saya. (EP)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun