Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pasar Kaget, Dicari Sekaligus Dicaci

4 Juli 2018   04:29 Diperbarui: 4 Juli 2018   04:42 1678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika dari sisi ekonomi tentu kehadiran pasar kaget sedikit banyak membantu masyarakat sekitar dan tentu saja si pelaku perdagangan di sana. Sebab fenomena kehadiran pasar kaget ini terjadi akibat pelarangan berjualan di area jalan yang sudah biasa mereka lakukan bertahun-tahun. Penempatan tempat usaha yang disediakan namun dengan nilai sewa yang tinggi atau lokasi yang tak strategis. Maka muncullah pasar kaget dibeberapa tempat yang biasa kita jumpai sekarang.

Kebutuhan lahan parkir tentu saja membuka peluang dan pemasukan bagi warga yang memilki kepentingan didalamnya. Warga sekitar terutama para ibu sebagian besar merasa diuntungkan dengan kehadiran pasar kaget di sekitar tempat tinggal mereka. Jadi simbiosis mutualisme. Saling menguntungkan satu sama lain.

Namun tak dipungkiri kehadiran pasar kaget juga menimbulkan akibat lain. Yakni kemacetan secara permanen di satu titik. Hal inilah yang tidak diinginkan dan disukai sebagian warga. Terutama mereka yang menyukai ketertiban. Jadi semua dikembalikan kepada kebijakan masing-masing tokoh masyarakat yang ada di sekitar sana. Jika mayoritas warga menginginkan dan turun perijinannya. Maka warga dengan suara minoritas harus menerima dengan legowo (besar hati). Jadilah pasar kaget sesuatu yang dicari sekaligus dicaci. 

"Bikin macet saja!!!"

(EP)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun