"Bukber di restaurant itu yuk!"
"Enggak ah. Nanti ribet pas mau sholat."
"Kenapa ribet? Kan ada musholah di sana."
"Iya. Tapi tempatnya sempit. Jorok pula."
"Ya, udah. Kalau gitu bukber di mall itu aja ya?"
"Enggak mau juga."
 "Loh! Kenapa? Di mall kan tempatnya enak."
 "Iya. Tapi sholatnya jauh. Harus turun ke basement dulu."
+ ????!!!!
Percakapan yang biasa saja sebenarnya. Tapi jika direnungkan lebih seksama, terasa menyedihkan. Terutama bagi mereka yang sangat menjaga kebersihan dan kesucian dalam beribadah. Saat pergi ke sebuah restaurant atau pusat perbelanjaan lalu tiba waktunya untuk sholat, harus bertanya-tanya terlebih dahulu. Terkadang pegawai yang ditanyai tak tahu tempat sholatnya di mana. Begitu menemukan tempatnya, kondisinya memprihatinkan sekali. Sempit dan kotor.
Memang tidak semua pusat perbelanjaan seperti itu. Juga tidak semua restaurant seperti itu. Tapi dari sekian banyak pusat perbelanjaan dan restaurant yang ada. Hanya segelintir yang menyediakan tempat ibadah secara khusus dan terjaga kebersihannya.
Ini menjadi PR bagi kita semua. Terutama mereka yang terkait dengan urusan pembangunan. Karena berdasarkan pengalaman pribadi, beberapa kali singgah di area umum seperti restaurant dan SPBU mendapati tempat ibadah yang tak layak pakai.Â
Dari ukurannya yang sempit sampai tempatnya yang terpencil. Rasanya petugas kebersihannya patut disentil. Sebab tak menertibkan dan menjaga kebersihan tempat ibadah tersebut. Perlengkapan ibadah tampak berserakan dimana-mana. Sajadah terinjak-injak begitu saja. Ini sungguh tak mengagungkan namanya.
Jika si arsitek atau developernya kebetulan bukan seorang muslim, setidaknya ada orang lain yang memberitahukan. Apalagi mayoritas pengguna fasilitas yang dibangun itu kan muslim. Jadi harus dipikirkan masalah ibadahnya. Sebab ibadah seorang muslim itu lima waktu dalam sehari semalam.Â
Saya juga tidak tahu apakah ada undang-undang yang mengatur tentang hal ini? Jika ada kenapa diabaikan? Jika tidak ada, harusnya diadakan dan diterapkan. Sehingga kelayakan sebuah bangunan mushollah di tempat umum dapat tercapai. Tidak terkesan asal-asalan. Lebih bagus tampilan toiletnya dibandingkan dengan mushollahnya. Menyedihkan bukan?
"Ya, sudah. Kalau enggak mau ribet. Lebih baik tak usah kemana-mana. Aman. Kebersihannya terjaga, ibadahnya lancar."
Wah, picik sekali orang yang berpikiran demikian. Berarti dia tidak ingin ada perubahan dan kemajuan bagi negerinya. Sarana ibadah yang baik dan bersih bisa dinikmati oleh semua orang. Dari yang tingkat ibadahnya masih asal-asalan sampai yang tingkat ibadahnya tinggi. Semua bisa menikmati sarana ibadah tersebut dengan nyaman. Berbeda jika sarana ibadahnya kotor dan jorok. Tentu mau beribadah dengan baik jadi asal-asalan. Asal gugur kewajiban sholatnya saja. Selesai.Â
Padahal tidak demikian seharusnya. Urusan dunia lancar, urusan ibadah tak tertinggal. Jadi harus ada keseimbangan. Kan sedih rasanya, mau mengajak jalan-jalan keluarga ke mall tapi nanti bingung mau mencari tempat sholatnya. Ujung-ujungnya malah tidak jadi pergi.Â
Tidak semua pusat perbelanjaan dan restaurant seperti ini. Ada beberapa yang bagus fasiltas ibadahnya. Tapi hanya segelintir. Hendaknya yang "kebanyakan" itu yang mau berbenah diri. Saling menghormati dan mengagungkan bagi masyarakat yang mayoritas muslim. (EP)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H