PITUNG. Siapa yang tak mengenal sosok satu ini? Seluruh masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat Betawi khususnya, paham betul dengan sosok yang biasa dipanggil dengan sebutan Si Pitung. Pahlawan yang namanya sangat melegenda dikalangan masyarakat Betawi.
Saya tidak dilahirkan di Betawi atau Jakarta. Tetapi saya mengetahui, mengenal bahkan mengagumi sosok Si Pitung melalui cerita dan film yang pernah saya tonton. Saat masih kecil, kepolosan saya bahkan melambungkan hasrat untuk suatu saat bisa berjumpa dengan Si Pitung ini.Â
Bagaimana tidak? Keahliannya dalam ilmu bela diri sangat mengagumkan. Ditambah dengan kepandaiannya dalam mengaji. Lalu sepak terjangnya selama ini ia dedikasikan bagi bangsanya. Membela bangsanya yang tertindas. Terutama kaum papah. Ini sungguh tindakan terpuji yang tidak semua orang mau dan berani melakukannya. Sebab taruhannya nyawa.
Ya, sepak terjang Si Pitung membuatnya jadi buronan tentara Belanda kala itu. Karena memang apa yang ia lakukan sangat meresahkan dan merepotkan tentara Belanda. Sehingga segala daya upaya dilakukan untuk bisa menangkap Si Pitung. Termasuk cara-cara licik dan keji.
Si Pitung pada akhirnya memang tertangkap dan dibunuh oleh tentara Belanda. Beberapa versi cerita mengungkapkan bahwa Si Pitung bisa tertangkap lantaran jimat yang menjadi kekuatannya selama ini dicuri darinya secara diam-diam.Â
Adapula yang menceritakan bahwa rambut Si Pitung dipotong sehingga ia menjadi lemah. Karena di situlah letak kekuatannya. Jika tidak demikian, Si Pitung sangat sulit ditangkap. Kalau pun bisa ditangkap, ia bisa meloloskan diri dengan cara yang tak masuk akal. Menghilang. Hebat bukan?
Bagaimana saya kecil tak mengaguminya? Rasanya hampir semua anak kecil sebaya saya kala itu mengagumi sosok Si Pitung kala melihat sepak terjangnya dalam film. Sosok pahlawan dari negeri sendiri yang ternyata kehebatannya mampu merepotkan tentara Belanda. Belanda yang kala itu menjajah negeri ini.
Begitu beranjak remaja dan dewasa, mulailah mencari tahu tentang sosok Si Pitung melalui buku-buku yang saya baca. Rupanya sosok Si Pitung ini dijelaskan hidup pada abad ke-19.
Lahir di daerah Pengumben, Rawabelong, Jakarta Barat. Nama aslinya Salihoen. Jadi memang benar-benar orang Betawi asli. Sangat wajar jika masyarakat Betawi begitu mengagumi dan mengidolakan Si Pitung ini. Ilmu bela diri dan ilmu agama yang dipelajarinya di pesantren, menguatkan wataknya sebagai sosok yang mumpuni dari sisi agama dan duniawi.Â
Dalam salah satu versi diceritakan bahwa Si Pitung melakukan tindakan perampokan di rumah-rumah orang Belanda. Lalu membagikan harta rampokan tersebut ke rumah penduduk yang miskin. Tentu saja dalam bentuk penyamaran. Sehingga tak ada yang mengenalinya. Penduduk yang mendapatkan berkah tersebut menyebutnya Si Pitulung atau orang yang memberi pertolongan. Nama itu kemudian menjadi buah bibir yang ringkasnya disebut Si Pitung.
Dimata orang-orang Belanda, Cina dan warga asing lainnya, Si Pitung disebut perampok oleh mereka. Tapi dimata masyarakat ia disebut pahlawan. Karena apa-apa yang ia lakukan demi membantu penduduk yang tertindas.Â
Demi kepentingan rakyat. Jadi Si Pitung menang sosok pahlawan bagi rakyat Indonesia. Terutama masyarakat Betawi. Namanya pun abadi dan melegenda hingga kini.
Saya setelah tinggal di Jakarta tentu saja penasaran ingin mengetahui lebih jauh tentang jejak Si Pitung. Terlepas sosok Si Pitung ini nyata atau tidak, saya telah terlanjur mengaguminya. Maka ketika mengetahui bahwa di daerah Marunda kita bisa melihat rumah Si Pitung, saya pun meluncur ke sana untuk melihat dan mengenang jejak Si Pitung.
Marunda merupakan salah satu daerah di wilayah Jakarta Utara. Konon di sinilah si Pitung tinggal setelah pindah dari daerah Rawabelong, Jakarta Barat. Di sini saya melihat rumah panggung yang cukup besar yang konon merupakan tempat tinggal Si Pirung. Rumah panggung ini terdiri dari beberapa bagian.Â
Ada ruang tamu, ruang keluarga, kamar tidur dan dapur. Dalam tiap bagian ruangan terdapat benda-benda kuno yang merupakan peninggalan keluarga Si Pitung. Rumah panggung tersebut masih terlihat kokoh dan terawat dengan baik. Karena memang dijadikan cagar budaya yang dilindungi oleh pemerintah.
Seperti apapun versi cerita tentang Si Pitung. Saya mengagumi sosok yang begitu melegenda di kalangan masyarakat Betawi ini. Dan saya merasa beruntung bisa melihat dan mendatangi tempat ini. Menyusuri jejak Si Pitung, Si Banteng Betawi. (EP)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H