Mohon tunggu...
Denies Novelia
Denies Novelia Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dari Luka Menjadi Lentera

12 November 2024   08:17 Diperbarui: 12 November 2024   08:39 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 Ia merasa kehilangan sosok yang selalu ada untuknya. Ketakutan akan ditinggalkan dan dikhianati semakin mengakar dalam dirinya. Oliva mencoba mengisi kekosongan hatinya dengan berbagai aktivitas. Ia aktif dalam organisasi sekolah, mengikuti berbagai lomba, dan mencoba menjalin pertemanan baru. 

Namun, di balik senyum cerahnya, ia masih merasa ada yang kurang. Ketakutannya seperti bayangan yang selalu mengikutinya ke mana pun ia pergi. Oliva mulai bertanya-tanya, mengapa ketakutannya begitu sulit untuk dihilangkan? Ia merasa lelah berjuang melawan perasaan takut yang terus menghantuinya. Ia ingin sekali hidup bebas dari ketakutan, namun rasanya begitu sulit. 

  

  Cahaya masuk kesela-sela jendela kamar Oliva, ia terbangun dari tidurnya melangkah ke arah jendela membuka secara perlahan, saat jendela terbuka terlihat saat indah cuaca hari itu. Lama ia melamun ke arah luar jendela, tiba-tiba terlintas dipikiran Olivia bahwa ia akan memutuskan untuk berkonsultasi dengan seorang psikolog. Dalam perjalanan ke psikiater, ia merasa gugup tapi dengan tekat yang tinggi ia berusaha untuk menghilang kecemasan tersebut. 

Sesampainya si di tempat tersebut ia memasuki ruang yang sudah disediakan, sebelum Olivia datang kesini, ia menghubungi seorang psikolog yang akan membantunya, jadi saat Olivia sudah tiba ditempatnya ia tak butuh banyak bicara ke orang lain. 

Dalam ruang berwarna putih, jendela terbuka sedikit, meja yang tertata rapi dan dua kursi yang menghadap ke arah meja. Aroma ruang terapi, ia hirup perlahan hal tersebut membuat Olivia tenang dan nyaman. Selama sesi terapi, Oliva mulai menyadari bahwa ketakutannya yang mendalam berakar dari pengalaman buruk di masa lalu. 

Kejadian bullying di sekolah dasar telah meninggalkan luka yang begitu dalam di hatinya. Psikolognya menjelaskan bahwa ketakutan adalah mekanisme pertahanan diri yang alami. Namun, jika ketakutan itu terlalu berlebihan dan mengganggu kehidupan sehari-hari, maka perlu penanganan khusus. Sepulang dari sana Olivia berpikir, apa yang harus ia lakukan?. 

Olivapun mulai belajar untuk menerima ketakutannya. Ia menyadari bahwa ketakutan adalah bagian dari dirinya, dan tidak ada yang salah dengan itu. Ia juga belajar teknik-teknik relaksasi dan meditasi untuk mengelola kecemasannya. Perlahan tapi pasti, Oliva mulai merasa lebih baik. Ia mulai berani keluar dari zona nyamannya dan mencoba hal-hal baru. 

Ia juga belajar untuk lebih percaya diri dan menghargai dirinya sendiri. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang ketakutannya, Oliva mulai merangkai kembali kehidupannya. Ia menyadari bahwa masa lalu memang tidak bisa diubah, namun ia bisa mengubah cara ia merespons masa lalu itu. 

Dengan dukungan dari psikolog dan orang-orang terdekatnya, Oliva perlahan mulai sembuh. Oliva mulai mencoba hal-hal yang dulu membuatnya takut. Ia mengikuti kelompok diskusi di lingkungan sekolahnya, bergabung dengan ekstrakurikuler yang ia minat, dan bahkan mencoba untuk berbicara di depan kelas saat melakukan presentasi bersama kelompoknya. 

Setiap kali berhasil mengatasi ketakutannya, ia merasa semakin kuat dan percaya diri. Oliva juga mulai membangun hubungan yang lebih sehat dengan orang-orang di sekitarnya. Ia belajar untuk lebih terbuka dan jujur tentang perasaan dan pikirannya. Ia juga belajar untuk membatasi diri dari orang-orang yang berpotensi membuatnya merasa tidak nyaman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun