Geolog Belanda, RW van Bemmelen, dalam The Geology of Indonesia (1949), yang membagi fisiografi Pulau Jawa, menyatakan, Pegunungan Kendeng Utara merupakan bagian dari Zona Rembang, yaitu kelompok perbukitan yang terbentuk oleh struktur lipatan dengan arah sumbu lipatan barat daya-timur laut. Zona Rembang didominasi endapan laut berumur tersier dan terkenal dengan lapangan minyaknya yang beroperasi sejak abad ke-20. Di pegunungan itu terdapat kawasan karst Sukolilo yang membentang di bagian utara Provinsi Jawa Tengah seluas 19.472 hektar, meliputi Kabupaten Blora 45,3 hektar, Kabupaten Grobogan 721 hektar, dan Kabupaten Pati 11.802 hektar.
Karena tergolong sebagai pegunungan kapur dan karst, Pegunungan Kendeng Utara berfungsi sebagai daerah tangkapan, imbuhan, dan kantong air. Di kawasan itu terdapat goa-goa air, sungai bawah tanah, dan mata air-mata air yang menjadi sumber hidup masyarakat. Air kemudian dimanfaatkan sebagai bahan baku air minum, mandi-cuci-kakus, dan pertanian. Warga juga mengalirkan air itu ke permukiman dengan sistem pemipaan dan mengalirkan ke persawahan dengan sistem irigasi alam atau mengikuti alur atau jalan-jalan air yang terbentuk secara alami.
Kompas/P Raditya Mahendra Yasa
Hamparan lahan persawahan dengan latar belakang Pegunungan Kendeng di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Kamis (15/3). Keberadaan Pegunungan karst yang menyimpan sumber mata air serta kehidupan warga di sekitarnya ini kembali terancam setelah adanya rencana pembangunan pabrik semen.
Tokoh Sedulur Sikep Pati atau pengikut ajaran Samin Surosentiko (1859-1914), Gunretno, mengatakan, kawasan karst Sukolilo menjadi tempat penelitian ahli geologi dan speleologi. Salah satu lembaga yang meneliti kawasan itu sejak 1994-1996 adalah Acintyacunyata Speleological Club (ASC) Yogyakarta.
Hasilnya, di Pegunungan Kendeng Utara Grobogan terdapat 49 mulut goa dan 33 mata air permanen. Tim ASC juga memetakan dua sistem sungai bawah tanah yang memiliki jaringan hidrologi terpisah, yaitu sistem Urang-Kembang dan Pakel-Ngeposan.
”Di Pati, ASC bekerja sama dengan masyarakat Sukolilo dan Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Yogyakarta, menjumpai 79 mata air dan 24 mulut goa. Mata air yang ditemukan adalah mata air karst yang bersifat permanen atau mampu mengalirkan air sepanjang musim,” kata Gunretno.
Di antaranya Goa Pancur di Desa Jimbaran, Kecamatan Kajen, Pati, yang bisa dimanfaatkan sebagai wisata jelajah goa. Goa sepanjang 800 meter itu salah satu lokasi mengalirnya sungai bawah tanah dengan stalaktit dan stalakmit yang indah.
Dengan sumber air tawar yang baik, sejak ribuan tahun lalu, Pegunungan Kendeng Utara pun jadi tempat tinggal manusia. Waktu itu, kawasan sekitar pegunungan masih berupa rawa air payau dan laut. Selain potensi air, karst yang awalnya tertutup hutan juga berfungsi sebagai habitat flora dan fauna.
Dari pendataan awal Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng di Kecamatan Tambakromo, Kajen, dan Sukolilo, kawasan ini juga kaya tanaman yang bermanfaat. Di sana juga tumbuh sejumlah fauna yang menjaga keseimbangan ekosistem alam. Wajar, dengan potensi seperti itu, masyarakat dengan berbagai cara menentang gangguan keseimbangan alam Pegunungan Kendeng.
PEMBANGUNAN PABRIK SEMEN