Ketiga, kepatuhan kepada orang tua. Demi cintanya kepada kedua orang tuanya, Khabib rela meninggalkan arena yang membesarkan namanya. Setiap bertarung, ayahnya Abdulmanap Nurmagomedov selalu mendampinginya hingga memperoleh kemenangan demi kemenangan. Abdulmanap tidak hanya sebagai ayah, tapi juga pelatih dan pendukung utama. Namun, semenjak ayahnya meninggal karena jantung, ibunya meminta agar berhenti bertarung. Khabib berjanji akan bertarung sekali lagi dan mengakhirinya dengan indah. Bagi Khabib, orang tuanya adalah segalanya. Kecintaan kepada UFC, mengalahkan kecintaanya kepada ibunya. Khabib ingin mengurusinya di hari tuanya. Baginya, ketaatan kepada ibunya adalah tiket untuk ke surga.
Kemenangan dan kesuksesan yang diperolehnya Khabib pada usia 31 tahun merupakan sebuah proses yang tak mudah. Ketika semua itu dia dapatkan sebagai nomor wahid petarung UFC, dia mengakhirinya dengan indah demi kehormatan dan ketaatan pada ibunya. Semoga kita belajar dari kisah Khabib. Â Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H