Mohon tunggu...
Deni Darmawan
Deni Darmawan Mohon Tunggu... Dosen - Ikatlah Ilmu Dengan Tulisan - silahkan berkunjung ke www.denidarmawan.id

- Penulis Buku Menulis itu Gampang, Kreativitas Menulis Kaum Rebahan, Legenda Sang Dakwah - Penulis buku dan artikel populer di Media Massa - Nominator dan Penerima Hibah Penelitian Kemenag RI Moderasi Beragama tahun 2021. - Dosen dan Tutor Online Agama Islam Univ. Pamulang dan Univ. Terbuka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memaknai Hari Pahlawan di Era Digital

25 November 2022   14:45 Diperbarui: 25 November 2022   14:49 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Jangan lupakan jasa para pahlawan yang telah berjuangan untuk kemerdekaan Indonesia” ujar Deni Darmawan dalam khutbahnya di Masjid Darul Ulum Universitas Pamulang yang disampaikan pada Jum’at (11/11/2022) dengan judul Memaknai Hari Pahlawan di Era Digital.

Di era digital saat ini, kaum milenial atau generasi Y jangan lupakan sejarah para pahlawan. “Era ini, kebanyakan anak muda lebih kenal superhero ketimbang pahlawan Indonesia. Lebih tahu superhero Avenger seperti Iron Man, Spider Man, Kapten Amerika, Black Panther, tapi ketika ditanya, siapa itu Jenderal Sudirman, Sultan Hasanudin, Pangeran Diponegoro, Cut Nyak Dien, dan lainnya, maka para pahlawan kita kalah pamor,” ungkap Deni yang juga pembimbing Kampus Unpam Mengaji.

Sudah sepatutnya, generasi milenial mengingat jasa-jasa para pahlawan dan bersyukur atas kemerdekaan yang diberikan Allah. “Di tengah gempuran budaya luar yang semakin masif dan bergesernya nilai-nilai agama, budaya dan pancasila di era digital ini. Maka, hari pahlawan harus dimaknai sebagai hari yang penting agar kita tidak melupakan jasa para pahlawan yang sudah rela berjuang hingga tetesan darah penghabisan. Bersyukurlah karena para pahlawan, Indonesia merdeka. Nabi SAW bersabda, tidaklah bersyukur kepada Allah, jika tidak bersyukur kepada manusia,” ujar Deni yang baru saja menerbitkan buku ke lima-nya dengan judul Kepemimpinan/Leadership.

https://google.com

Kepemimpinan/Leadership karya Deni Darmawan (dokpri)
Kepemimpinan/Leadership karya Deni Darmawan (dokpri)

Sebagai rasa syukur atas kemerdekaan yang diperjuangankan oleh pahlawan, maka sebagai generasi muda saat ini, mari kita maknai hari pahlawan dengan mengisi hal-hal yang bermakna. “ Pertama, maknai hari pahlawan dengan rasa cinta Tanah Air. Cinta diwujudkan dengan hal-hal yang positif untuk senantiasa berkontribusi ide, pikiran, dan tenaga untuk tanah air. Bentuk kongkrit cinta itu sangat luas, diantaranya saling menyayangi antar sesama. Menjaga dan mengimplementasikan nilai-nilai ke-Indonesian seperti semangat beragama, menjaga kerukunan dan kedamaian, solidaritas sosial, gotong royong dan selalu melakukan musyawarah. Mengamplikasi nilai-nilai itu adalah bentuk kongkrit cinta kita kepada negara ini. Hubbul wathon minal iman, begitulah ungkapan dari KH. Hasyim Asyari ketika membangkitkan semangat jihad agar Indonesia merdeka,” ungkap Deni penuh semangat.

Selain cinta tanah air, Deni juga mengingatkan agar memaknai hari pahlawan dengan persatuan. “Kita harus memaknai hari pahlawan menjadi momen untuk merajut persatuan dan menjaga perdamaian. Ketika zaman penjajahan, para pahlawan pun bersatu padu untuk mengusir penjajah. Maka, sudah sepatutnya hari pahlawan dijadikan untuk memperkuat persatuan bangsa. Apapun agamanya, suku dan etnisnya, menjaga persatuan adalah wajib,” terang Deni.

Program Kampus Unpam Mengaji (KUM) di Unpam
Program Kampus Unpam Mengaji (KUM) di Unpam

Memaknai persatuan, Deni menyebutkan ada tiga persatuan yang dibangun oleh persaudaraan. “Dalam Islam, ada 3 persaudaraann yang harus kita perhatikan. Pertama, ukhuwah Islamiyah. Persaudaraan sesama muslim. Jangan saling saling menyalahkan terhadap praktik keagamaan yang sifatnya furuiyah dan ghairu mahdah. Pupuk persaudaraan sesama kaum muslimin agar tidak saling bermusuhan lantaran beda mahzab, penafsiran, dan pandangan keagamaan.  Kedua, ukhuwah wathoniyah. Persaudaran se-tanah air. Sesama anak bangsa yang berbeda agama, etnis dan suku, jangan saling baku hatam dengan merendahkan satu sama lain. Patutlah kita renungkan ayat Allah SWT dalam surat al-Hujurat ayat 13, Ketiga, ukhuwah basyariyah. Persaudaraan antar manusia. Membantu antar sesama bukan lagi melihat agama, etnis dan suku tertentu, akan tetapi membantu dan menolong orang lain karena dilihat dari sisi kemanusiaan. Setiap manusia atau keturunan Bani Adam adalah makhluk yang mulia. Atas dasar kemanusiaan, persaudaraan dan persatuan menjadi hal yang penting sebagai tonggaknya suatu bangsa,” pungkasnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun