Mohon tunggu...
Deni DanielNo
Deni DanielNo Mohon Tunggu... Penulis - mahasiswa

Deni Daniel No, lahir di Joreng 12 Oktober 1996, alamat provinsi NTT dan sekarang sedang menjalani Kulia S1 di STFT widya Sasana Malang.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bersahabatkah? Camkanlah, Berharap, Rindu Ayah

13 Desember 2020   08:15 Diperbarui: 13 Desember 2020   08:19 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

                          

    Bersahabatkah?

Jarak! apa

Aku punya seribu satu cara menempumu

Engkau hanya berkuasa di zaman pra-sejarah

Dan sekarang aku hanya bilang "kasian de lho"

Zaman!

Aku sangat bangga padamu

Engkau terus berputar dan berubah-ubah

Dalam perubahan itu engkau hadirkan

Penemuan-penemuan baru yang sungguh membantu.

Jarak!

Engkau tak berdaya di tengah zaman yang membahana

Sehari kudapat menjelajah seluruh Eropa,

Tak ada lagi kata jauh atau pun lelah

Semuanya tinggal diatur dan dirajut.

Zaman!

Engkau dan jarak bersahabatkah?

Kalau yah, mengapa cepat sekali engkau berubah,

Orng sekarang sungguh berbangga

Kerena semua selalu prima trans.

 

Camkanlah

 

Engkau hadir tak ada yang memanggil

Engkau datang tak ada yang mendambahkan

Engkau berkuasa layaknya seorang raja

Tetapi engkau tak pernah menampilkan seperti apanya.

Engkau tak punya rasa malu

Engkau habisi nyawa orang-orang tak bersalah,

Sungguh engkau sangat biadap

Pernahkah engkau merasa bersalah?

Tak adakah kata bersahabat dalammu?

Caraku hampir tak ada lagi

Tuk mengusirmu dari dunia aku bernaung ini

Perluh engkau tahu, aku sudah tidak takut lagi.

Sekarang kamu harus tahu corona

Aku punya raja yang lebih berkuasa daripadamu

PadaNya aku bersandar serta berpasrah

Engkau akan musnah olehNya, camkanlah!

 

Berharap

Kepada siapa aku mencari, kepada siapa aku mengaduh

Bila hati tak lagi dipercayai, bila mata tak bisa lagi memandang.

Kepada siapa  aku mencari bila yang dicari telah diambil

Aku hanya dapat menepuk dada seraya berharap.

Kuingin menangis tetapi engkau belum mati

Kuingin marah tetapi tak ada yang bersalah,

Kuingin menjauh namun aku tak mau

Kerena engkau tak pantas dijauhi.

Kini aku hanya mampu berangan-angan

Mungkin ada harapan tuk bersama kembali

Merajut kasih melalui hari dan meraih mimpi

Yang sudah lama kita bincangkan.

Sungguh aku tak bisa, sungguh aku tak mampu

Melangkah, berjalan melewati hari tampa raut wajahmu

Hadirmu bawahan aku sejuta harapan

Sehingga aku berjanji akan medapatkamu kembali.

Rindu ayah

Dalam permenunganku, terbayang raut wajah

Yang bijaksana dari seorang Ayah tersayang

Yang kini jauh dari sisiku,

Tetapi ia akan selalu dekat dihati.

Elok parasnya selalu terbayanng

Disaat aku merana dan kesepian

Menemaniku dalam dinginnya malam

Yang merambat sampai  kedalam saraf.

Kerinduan tinggalah kerinduan,

jarak yang tak bersahabat dan

cita-cita yang kian membara di dalam dada

seakan menjadi penghalang tuk bersama.

Ayah walaupun kita tak bersama

Tetapi hati anakmu akan selalu ada untuk ayah.

Hannya doa dan air mata yang menjadi Sahabatku,

disaat aku merindukan ayah

.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun