Terhampar luas lahan pertanian diantara perbukitan dan lembah yang curam, diantara lembah dan bukit-bukit itu mengalir air sungai nan bersih lagi bening yang senantiasa memberikan manfaat bagi petani untuk kebutuhan pengairan lahan pertanian dan perkebunannya. Bagaikan suatu irama yang indah segenap sumber daya alam yang melimpah ketersediannya siap sedia untuk dimanfaatkan masyarakat setempat.
Pemandangan indah tersebut terlihat langsung oleh Tabloid Pertanian Suara Afta dalam perjalan menuju lokasi lahan jeruk madu milik poktan Muaro Baru di Jorong Muaro Nagari Kotorantang Kecamatan Palupuah Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat.
Semua berawal dari Syafrizal yang bertugas sebagai petugas pengamat hama penyakit tanaman (PHP) kecamatan Palupuah. Syafrizal merupakan salah seorang petugas pertanian yang terlibat langsung dalam pendampingan program pengembangan jeruk madu di kecamatan Palupuah yang sentranya di tempatkan pada Nagari Kotorantang.
Beberapa waktu yang lalu Syafrizal mengundang Suara Afta untuk melihat langsung perkembangan dari kegiatan pengembangan usaha jeruk madu tersebut setelah berjalan selama 3 tahun. Untuk pengembangan jeruk madu di kecamatan Palupuah telah diprogramkan oleh dinas pertanian sekitar pertengahan tahun 2005, namun kegiatan pengembangan jeruk madu di kecamatan Palupuah baru dapat direalisasikan pelaksanaannya pada bulan Februari tahun 2006.
Tuuuut ….tuuuut…… suara nada panggil HP Suara Afta berdering “Assalamualaikum ww,” Suara Afta mengangkat panggilan tersebut.Terdengar suara disebrang sana menjawab “ Waalaikumsalam ww, halo pak, saya Syafrizal petugas pengamat hama penyakit tanaman yang ditempatkan di kecamatan Palupuah, begini pak saya bermaksud mengajak Suara Afta untuk melihat secara langsung perkembang kegiatan pengembangan jeruk madu di daerah tugas saya di Palupuah, dan jika bapak bersedia,saya akan mendampingi sekaligus memandu bapak dalam peninjauan lahan tersebut serta mempertemukan dengan segenap elemen yang terkait yakni petaninya, poktannya, serta pemerintah setempat.”
Kesepakantan pun didapat setelah terlebih dahulu hal ini dikonfirmasikan kepada pimpinan redaksi Tabloid Pertanian Suara Afta Yos Nofrizal. Setelah persetujuan didapat maka jadwalpun dibuat. Namun dalam penjadwalannya sempat terjadi penundaan sampai tiga kali dengan sebab-sebab yang tidak terduga sebelumnya.
Hari yang telah disepakati pun tiba, yakni pada hari Kamis pertengahan bulan Desember yang lalu. Kami pun berangkatdari Labor Pengamatan Hama Penyakit Bukittinggi jam sepuluh pagi menuju lokasi lahan tanaman jeruk madu poktan Muaro Baru. Perjalan menuju lokasi dengan melalui jalan yang menuju kearah Kabupaten Pasaman memakan waktu lebih kurang 40 menit.
Sampai di depan sebuah rumah di Jorong Muaro kendaraan pun diparkir dan selanjutnya perjalanan menuju ke lokasi dilanjutkan dengan berjalan kaki. Menapaki jalan setapak merupakan tantangan tersendiri menuju lokasi. Kondisi jalan usaha tani masih berupa jalan tanah setapak sepanjang lebih kurang 900 meter. Pada waktu musim hujan kondisi jalan setapak yang hanyasatu-satunya sarana untuk menuju lokasi lahan tampak semakin parah yakni keadaan jalan yang becek dan licin. Sebagian lagi ditempat-tempat tertentu kelihatan jalan tersebut runtuh. Jalan tersebut hanya bisa dilewati oleh pejalan kaki, jangankan untuk kendaraan roda dua gerobak saja tidak bisa melewati jalan tersebut.
“Beginilah kondisi jalan di hamparan pertanian ini pak, dapat dibayangkan betapa sangat sulit petani mengangkut hasil bumi keluar, semua hasil bumi disini yakni berupa padi, jeruk, kakao harus dipikul sejauh 900 meter dengan kondisi jalan yang sangat parah dimusim hujan. Tidak jarang apabila diwaktu musim hujan petani tidak bisa mengangkut hasil taninya keluar, lantaran jika dipaksakan bisa terjadi kecelakaan yang bisa mengancam keselamatan petani itu” kata Syafrizal menjelaskan betapa sulitnya jalan untuk mencapai lokasi. Dan hal ini tidak dapat dipungkiri sebab Suara Afta hampir saja terpeleset jatuh karna kondisi jalan yang licin, itupun kami tidak membawa beban sama sekali.
Disepanjang jalan yang dilalui Suara Afta menyaksikan dikiri kanan ada tanaman kakao selanjutnya ditemui hamparan persawahan dan aliran air sungai di tepi jalan. Seterusnya ada juga kelihatan kulit manis selanjutnya perjalannan mulai menanjak naik seakan kami sedang melakukan kegiatan mendaki gunung.
Setelah berjalan selama 45 menit kami sampai pada tempat yang dituju. Terpampangl dihadapan mata, tanaman jeruk madu yang begitu luas membentang diperbukitan yang dikelilingi hutan disekitarnya. Jeruk tersebut ternyata telah mulai berbuah dan menurut Syafrizal luas lahan tanaman jeruk yang terlihat adalah 5 Ha. Telah mulai dipanen beberapa waktu yang lalu.
Kami berkeliling mengitari lahan kebun jeruk madu poktan Muaro Baru. Rupanya penanaman jeruk dilakukan dengan bertahap pada satu sisi kami melihat ada jeruk yang sudah berbuah, disisi satunya lagi ditemukan juga batang jeruk yang masih muda dan belum berbuah dan di sisi lainya masih ada sebagian kecil lahan kosong yang sudah siap ditanami jeruk. “Lahan yang masih kosong itu telah siap tanam pak, luasnya untuk penanaman jeruk sebanyak 50 rumpun. Dan belumlah lagi dapat ditanam oleh Poktan Muaro Baru sebab masih menunggu bantuanbibit jeruk maduyang dijanjikan oleh pihak dinas pertanian” terang Syafrizal.
Ada sebuah sudut yang tidak terlalu luas pada tanaman Jeruk madu tersebut dibawahnya terlihat ditanami kunyit. Rupanya sebahagian lahan jeruk madu itu ditumpangsarikan dengan tanaman kunyit. Dan hasilnya sungguh-sungguh mencengangkan. Betapa tidak untuk tanaman kunyit saat ini, telah menghasilkan 250 Kg daun kunyit untuk sekali panen dan waktu panennya dilakukan dua kali seminggu. Berapakah hasil penjualan kunyit ini?. Saat ini harga daun kunyit dipasaran dua ribu rupiah per kg. Berarti penjualan kunyit saja dengan luasan lahan yang tidak seberapa telah mencapai anggka satu juta rupiah per minggu.
Ditengah tengah areal lahan pertanaman jeruk madu poktan Muaro Baru berdiri sebuah pondok sederhana dengan bahan kayu tampa dinding dengan atap sebuah terpal yang sudah terlihat mulai lusuh. Dalam pondok tersebut terdapat pelanta (tempat duduk), meja, papan tulis, buku piket, spidol, pena dan pada salah satu sisinya ada sebuah periuk yang berisi sejenis cairan kental berwarna oren. Awalnya Suara Afta menyangka itu adalah gulai. “Itu bukan gulai pak, tapi itu adalah adonan belerang dengan kapur untuk mengendalikan penyakit pada tanaman jeruk. Adukan ini kita kenalkan pada petani dan hasilnya petani telah mampu membuat sendiri adukan ini” jelas Syafrizal.
Dalam pondok sederhana ini tergambar bagaimana poktan Muaro Baru telah mampu membangun sebuah manejemen kegiatan usaha bersama kelompok. Buku-buku dan papan kegiatan yang terletak rapi dalam pondok itu menggambarkan poktan Muaro Baru telah melaksanakan kegiatan pertanian dengan terorganisir secara rapi “ Kami bisa begini lantaran seringnya pak Syafrizal mengunjungi kami dan selalu memberikan arahan bagaimana caranya agar kami bisa saling bekerja sama dengan baik sehingga semua tujuan yang telah kami sepakati bersama dapat membuahkan hasil seperti yang kami inginkan” kata salah seorang anggota poktan Muaro Baru.
Menurut Syafrizal luas lahan yang tergarap pada hamparan yang kami lalui tersebut mencapai 10 Ha dan diusahakan oleh 23 Kepala Keluarga yang sebahagian besarnya merupakan KK miskin, namun potensi lahan yang bisa digarap mencapai 200 Ha. Artinya baru lima persen saja lahan diwilayah ini yang dimanfaatkan oleh petani setempat. “Kendalanya itu tadi pak, masalah jalan yang tidak kondusif menyebabkan sebahagian besar petani membiarkan saja lahannya tidur.” Jelas Syafrizal.
Ketika disinggung masalah program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri, Syafrizal berkata “ Masalahnya adalah tidak sepakatnya tokoh-tokoh masyarakat setempat untuk sama-sama mendukung mengarahkan kegiatan PNPM pada pembangunan jalan usaha tani, mereka lebih memprioritaskan pembanguan rehapkantor jorong dansekolah taman kanak-kanak.”
Miris memang, petani yang jelas-jelas penduduk mayoritas tidak mampu untuk mengarahkan pembangunan fisik PNPM kebidang pertanian. Tentunya dapat kita mengambil kesimpulan masih lemahnya organisasi yang bernama kelompok tani. Mereka sama sekali kurang mampu untuk melakukan lobi guna mempengaruhi stake holder disekitarnya untuk sama sama melihat kondisi petani dan apa yang harus dilakukan. Juga sarana dan prasarana apa yang harus dibangun yang akan menunjang kegiatan sector pertanian itu. Semoga kedepan pemerintah juga membuat program pelatihan kepemimpinan buat poktan-poktan sehingga poktan-poktan bisa lebih bersinerji dengan lingkungan disekelilingnya dan memiliki kemampuan untuk menyampaikan dan meyakinkan semua pihak tentang keinginan petani-petani itu.
Di lahan tanaman jeruk madu milik poktan Muaro Baru kami hanya bertemu dengan salah satu anggotanya yang pada waktu itu kebetulan sedang piket hari itu. Setelah puas berkeliling dan berbincang-bincang kami pun pamit untuk menemui pengurus poktan dan juga pemerintah nagari. Ketika akan berangkat kami diberi oleh-oleh satu ember jeruk madu yang besar-besar.
Akhirnya setelah usai melaksanakan kewajiban Shalat Zuhur kami dapat bertemu dengan pengurus dan beberapa anggota yang waktu itu sedang bersama-sama melakukan gotong royong. Pada kesempatan tersebut Suara Afta berbincang langsung dengan ketua poktan Muaro Baru yang bernama Karani, setelah sebelumnya kami diperkenalkan terlebih dahulu oleh syafrizal.
“Beginilah pak, berawal dari rasa senasib antara kami sesamapetani yang sama sama susah. Kami sepakat untuk bekerjasama saling tolong menolong antar sesama kami, selanjutnya atas dorongan pemerintah beserta dinas pertanian kami mendirikan poktan yang kami beri nama Muaro Baru. Setelah poktan terbentuk pembinaan dari pemerintah mulai kami dapatkan. Dukungan pemerintah dalam mendorong kemajuan kelompok berupa ilmu pengetahuan dan berbagai bantuan yang telah ditanamkan kepoktan Muaro Baru hampir semuanya telah memberikan mamfaat yang luar biasa.” Karani menjelaskan dengan penuh semangat.
Bantuan yang telah diterima poktan Muaro baru ada yang berupa bantuan permodalan ada juga berupa ternak serta sarana produksi pertanian. Kesemua bantuan yang kami terima dapat kami kembangkan dan yang berbentuk modal tidak ada kemacetan dalam pengembaliannya. “Tahun 2005 kami memperoleh bantuan dari dinas social berupa 10 ekor sapi. Sapi-sapi tersebut didatangkan dari luar daerah. Awalnya karna sapi tersebut dalam masa beradaptasi dengan kondisi lingkungan di sini menyebabkan sapi-sapi bantuan tersebut mengalami berbagai masalah mulai dari penyakit serta menjadi kurusnya sapi-sapi itu. Namun dengan semangat dan ketekunan kami berhasil keluar dari masalah tersebut” kata Karani
Karani menambahkan “Kuncinya itu tadi disamping kami tekun dan yakin, kami sering berkonsultasi dengan petugas guna memecahkan berbagai persoalan yang kami hadapi.”
Ditempat terpisah walinagari Koto Rantang SY Dt Batuduang di Langik mengatakan bahwa pemerintah nagari sangat komit dalam hal pembinaan poktan yang ada di wilayanya. Menurutnya dari 13 poktan yang ada 11 nya adalah poktan yang dapat dikategorikan eksis. “Saya selalu berupaya untuk memahami tentang apa-apa yang dibutuhkan poktan yang ada di Kotorantang ini, caranya yakni dengan seringnya saya berinteraksi dan berdiskusi dengan mereka baik melalui pertemuan kelompok maupun pada kesempatan yang lainya.”
Memang dalam pengakuannya wali nagari Kotorantang bahwa sarana jalan usaha tani memang sangat dibutuhkan oleh petani. “Saya telah mengusulkan pembangunan jalan usaha tani tersebut dan mudah-mudahan tahun 2010 ini dapat terealisasi, hendaknya” harap Sy Dt Batuduang Di Langik.
Jeruk madu yang dikembangkan di Kotorantang dengan luas yang mencapai 75 Ha di laksanakan oleh lima poktan atau dikerjakan oleh 155 kepala keluarga dari 1500 kepala keluarga yang ada di Kotorantang. Syafrizal yang masih tetap setia mendampingi poktan dalam bertanam jeruk madu walau kegiatan sekolah lapang telah usai. “Dari lima buah poktan yang mendapatkan program pengembangan jeruk madu baru dua poktan yang telah diberikan sekolah lapang, kedepan harapan kami agar ke tiga poktan yang belum ada sekolah lapang dapat difasilitasi untuk dapat melaksanakan kegiatan sekolah lapang agar sasaran dari kegiatan pengembangan tanaman jeruk madu di kotorantang dapat lebih optimal hasinya” harap Syafril. (dna)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H