Mohon tunggu...
Deni Ainur Rokhim
Deni Ainur Rokhim Mohon Tunggu... Ilmuwan - Mahasiswa/Researcher

Dikala pena lebih tajam, alangkah baiknya pena tersebut menjadi alat dakwah dan informasi yang berkarimah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kunci Hadapi Perubahan Iklim dengan Lahan Gambut

14 Juli 2017   16:55 Diperbarui: 14 Juli 2017   17:00 791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemahaman ilmiah yang lebih mendalam mengenai lahan basah Indonesia yang kaya karbon dan menyusut dengan cepat sangat diperlukan untuk membantu mengurangi sumber dan dampak perubahan iklim. Pemahaman tersebut membawa kita untuk memikirkan dan memanfaatkan lahan basah Indonesia yang sangat banyak untuk menanggulangi perubahan iklim yang kini semakin gencar-gencar publik membicarakan.

Banyak masyarakat Indonesia tidak mengetahui manfaat lebih dari lahan basah tersebut. Mereka hanya melihat dari sisi ekonomi yang telah dipublikasikan massa. Salah satu penulis ternama mengatakan bahwa walaupun lahan basah tropis, khususnya mangrove dan mengandung cadangan karbon tertinggi di antara semua tipe hutan, banyak negara dan pembuat kebijakan kurang atau tidak memiliki data dasar tentang ekosistem-ekosistem yang rapuh ini.

Seharusnya lebih banyak tenaga dan dana dialokasikan untuk meningkatkan penelitian ilmiah yang bersifat kolaboratif dan lintas-disiplin. Negara kepulauan ini memiliki setengah lahan gambut tropis, yang mengandung lebih dari 30 miliar ton karbon, dan hampir seperempat hutan bakau di dunia.

Pengelolaan cadangan karbon sebesar ini melalui pengelolaan lahan yang berkelanjutan akan berdampak pada upaya memperlambat perubahan iklim secara signifikan termasuk untuk mekanisme seperti Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan. Namun lahan basah yang dimiliki oleh bangsa Indonesia semakin hari samakin sempit karena proses alam dan manusia. Proses alam diantaranya suhu bumi yang memanas yang membuat kekeringan di lahan basah, sedangkan proses manusia adalah membuat lahan basah tersebut untuk dijadikan lahan pemukiman yang dimana penduduk Indonesia setiap tahunnya sangat banyak.

Dampak atau resiko tersebut membuat para masyarakat resah akan tantangan untuk menghambat perubahan iklim. Termasuk rusaknya ekosistem lahan basah apabila proses alam dan manusia tersebut terus dilangsungkan. Dampak yang nyata apabila lahan basah Indonesia tidak dapat diolah dengan harapan untuk mengahambat perubahan iklim yakni semakin memburuknya cuaca ekstrim, banjir dan kekeringan, bahaya naiknya permukaan laut, serta mengancam mata pencaharian dan ketahanan pangan mereka. Tentu hal ini menjadi wacana dan proyek kita untuk membuat trobosan memanfaatkan lahan basah untuk menghambat perubahan iklim.

Tidak salah jika pelajaran sains menjadi salah satu pelajaran pokok di Indonesia bahkan untuk sekolah menengah atas banyak sekolah yang dalam penjurusannya mereka mengambil sains. Karena apa sains dapat menjelaskan unsur-unsur dalam lahan basah untuk diajdikan suatu objek inovasi yang menjelaskan menemukan keseimbangan antara agenda konservasi dan pembangunan ekonomi.

Secara nasional dan lokal perhatian lebih perlu diberikan dalam kebijakan penggunaan lahan di hutan mangrove, yang melindungi daerah pesisir yang berada di dataran rendah dari badai, gelombang tinggi, dan intrusi garam. Hal ini dimakasudkan karena mangrove merupakan salah satu anggota ekosistem lahan basah serta unsur pengaman dari abrasi laut.

Penginderaan jarak jauh, pertukaran data dan transparansi juga sangat direkomendasikan. Sementara itu, masyarakat juga bisa berperan dalam memantau perubahan, membangun pengetahuan, dan ikut serta dalam pengelolaan yang berkelanjutan.

Selain menyimpan karbon, lahan basah, seperti hutan bakau, memberikan energi dan nutrisi bagi terumbu karang, menyangga wilayah pesisir terhadap badai tropis dan merupakan tempat pengembangbiakan ikan dan satwa liar, semua faktor yang dapat membantu melindungi masyarakat menghadapi variabilitas dan perubahan iklim.

Namun semua ini akan berjalan lancar dan sempurna apabila sistem keamanan dan pertahan Indonesia kuat. Mengapa demikian, karena apabila kita memiliki sistem yang kuat maka kita setidaknya mengurangi kehancuran dan deforestasi lahan basah tropis terus berlanjut pada tingkat yang mengkhawatirkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun