Meski narasi yang dibangun bersifat 'bohong' ada kontradiksi dalam pernyataan saudara-saudara Yusuf kepada ayah mereka.
Mereka katakan bahwa alasan mereka mengajak Yusuf berwisata adalah agar Yusuf bisa bersenang-senang dan bermain-main (yarta' wa yal'ab) dan bahwa mereka akan selalu menjaga adiknya itu (wa inna lahu lahaafizhuun). Akan tetapi saat kembali dan melaporkan kejadian Yusuf dimakan srigala susunan peristiwanya justru terbalik: mereka yang bermain dan berlomba-lomba (innaa dzahabnaa nastabiqu) sedangkan Yusuf mereka tinggal sendirian di dekat barang-barang bawaan mereka (wa taraknaa Yusufa 'inda mata'inaa), hingga diterkam srigala (fa-akalahudz dzi'bu).
***
"...maka hanya bersabar itulah yang terbaik (bagiku). Dan kepada Allah saja memohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan." (Surat Yusuf: 18)
'Bersabar itulah yang indah dan paling baik' -fashabrun jamiil... Dan hanya kepada Allah aku memohon pertolongan. Demikian kata-kata yang terlontar dari lisan Ya'qub.
Nanti pada kali kedua, saat kehilangan Bunyamin --yakni ketika Bunyamin ditahan Yusuf karena dituduh mencuri di Mesir, Ya'qub masih berucap hal yang sama.
Yakub berkata, "Sebenarnya hanya dirimu sendiri yang memandang baik urusan (yang buruk) itu. Maka (kesabaranku) adalah kesabaran yang baik. Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya kepadaku. Sungguh, Dia Maha Mengetahui, Mahabijaksana." (Surat Yusuf: 83)
Masih dia katakan fashabrun jamiil, kesabaran itulah yang terbaik. Dalam kondisi yang menyakitkan itu hanya kalimat positif mengandung harapan yang diucapkannya.
Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya kepadaku. Sungguh, Dia Maha Mengetahui, Mahabijaksana.
Akan tetapi emosinya kali ini berkecamuk lebih hebat. Kesedihan yang sangat bercampur kemarahan yang tertahan.
Dan dia (Yakub) berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata, "Aduhai dukacitaku terhadap Yusuf," dan kedua matanya menjadi putih karena sedih. Dan dia diam menahan amarah (terhadap anak-anaknya). (Surat Yusuf: 84)