Mohon tunggu...
Deni Satria
Deni Satria Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa, Karyawan dan Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mahasiswa Komunikasi dan penyiaran Islam Universitas Serambi Mekkah Karyawan Universitas Serambi Mekkah Penulis dan Juara menulis dibeberapa kompetisi

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Memitigasi Resiko Masyarakat Terpapar Covid-19 Melalui MCK Terapung yang Ramah Lingkungan

20 Februari 2022   11:02 Diperbarui: 20 Februari 2022   11:06 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di masa pandemi seperti sekarang ini, kebersihan lingkungan, termasuk sistem sanitasi, perlu mendapat perhatian khusus karena lingkungan yang tidak bersih cenderung menjadi "rumah" bagi banyak bakteri dan virus sehingga mengundang banyak penyakit. Sayangnya, sistem sanitasi yang tersedia saat ini, khususnya jamban/MCK milik umum, belum memenuhi standar kesehatan yang ditentukan.

 

Menurut Badan Pengembangan dan Sarana Pedesaan (2002), MCK adalah singkatan dari Mandi, Cuci dan Kakus. MCK merupakan salah satu sarana publik yang dimanfaatkan oleh beberapa keluarga sekaligus untuk mandi, mencuci dan buang air. Pada umumnya, MCK dibangun di lokasi permukiman dengan tingkat kepadatan penduduk sedang-tinggi (300-500 orang/Ha) dan dengan tingkat kemampuan ekonomi yang rendah pula (Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, 2001).

Pada area pemukiman tertentu seperti di pinggiran sungai, MCK umum sangat rentan terendam air sungai yang naik atau meluap. MCK yang tersedia dan layak dipakai pun menjadi sangat terbatas sehingga menyebabkan masyarakat disekitarnya kesulitan untuk melakukan aktivitas mandi, mencuci dan buang hajat. Saat air surut, MCK pun cenderung menjadi sangat kotor sehingga tidak layak pakai. Salah satu desa yang menghadapi permasalahan ini adalah Desa Besilam, Kecamatan Padang Tualang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Tentu ini sangat mengkhawatirkan mengingat virus COVID-19 berpotensi menular melalui MCK umum yang kotor dengan jumlah pemakai yang tinggi. Hal ini telah dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan American Institute of Physics (2021), di mana virus COVID-19 dari urin atau feses pemakai dapat bertahan di air toilet selama beberapa hari. Percikan air toilet ini dapat mencapai ketinggian tertentu, dan jika masuk ke dalam saluran pernafasan, pemakai toilet umum berikutnya menjadi sangat rentan terpapar virus COVID-19. Partikel-partikelnya juga dapat bercampur dengan udara sehingga membahayakan siapa saja yang menghirupnya. Tidak hanya itu, permukaan objek yang kotor pada MCK umum juga dapat menjadi sarang bagi virus ini.

Untungnya, permasalahan panjang warga Desa Besilam ini telah terpecahkan. Pasalnya, desa tersebut sekarang telah memiliki MCK terapung. Tepat pada bulan Januari 2022 lalu, yayasan milik Erick Thohir, yaitu Gereget bersama warga setempat melakukan gotong royong untuk membangun MCK terapung yang sangat bagus dan layak sesuai standar kesehatan yang ada. Ini sangat berdampak pada kelancaran aktivitas masyarakat dan kesehatan mereka. Dengan kata lain, fasilitas ini tidak hanya membantu memberikan tempat yang layak bagi warga setempat untuk mandi hingga mencuci pakaian, tetapi juga secara tidak langsung meminimalisir tingkat risiko masyarakat terpapar virus COVID-19. Warga juga mengaku sangat senang dengan dibangunnya fasilitas ini (Correcto, 2022).

Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan pembuatan MCK terapung ditinjau dari sisi sustainability, antara lain :

1. Dampak Sosial.

MCK terapung dapat mengajarkan kepada masyarakat di dearah lahan basah pola budaya sanitasi yang bersih, sehat dan ramah lingkungan. Selain itu, MCK terapung dapat juga menjadi media bagi pemerintah untuk membantu menyelesaikan permasalahan akan kebutuhan sanitasi bagi masyarakat yang berada di daerah rawan banjir.

2. Dampak terhadap Lingkungan.

Dengan diterapkannya MCK terapung pada lahan basah, maka dapat mengurangi tingginya angka pencemaran air sungai akibat keberadaan MCK yang tidak memiliki sistem penampungan dan pengolahan limbah yang ramah lingkungan.

3. Dampak terhadap Ekonomi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun