Dunia Menulis; Daya Tarik 'Konflik' dalam Cerita Fiksi
Apakah Anda suka menulis cerita fiksi? Ataukah Anda termasuk orang yang memiliki hobi membaca cerita fiksi? Nah, pastinya Anda tertarik jika cerita tersebut sudah mulai memunculkan konflik ceritanya kan? Yuks kita perhatikan apa yang dimaksud dengan konflik itu sendiri. Dalam dunia sastra, konflik termasuk ke dalam unsur cerita, salah satunya sebagai alur cerita atau jalan cerita. Konflik tersebut merupakan sebuah permasalahan, ketegangan, atau pertentangan di dalam cerita fiksi. Konflik tersebut dapat muncul melalui pertentangan antara dua kekuatan, pertentangan dalam diri satu tokoh atau pertentangan antara dua tokoh dalam cerita, dan sebagainya
Dalam menulis cerita, yang paling berperan penting dalam isinya adalah konflik. Mengapa? Konflik sebagai daya tarik ketika kita membaca cerita fiksi. Rasa atau feel dalam cerita akan terbawa oleh pembaca.
Secara umum, konflik ada dua jenis; konflik internal dan konflik eksternal. Konflik internal merupakan pertentangan yang terdapat dari dalam diri si tokoh sendiri; permasalahan batin. Si tokoh tanpa bersinggungan dengan tokoh lain sudah memiliki permasalahan tersendiri. Sementara konflik eksternal dapat dikatakan sebagai pertentangan yang muncul dan dipengaruhi dari luar, atau dari tokoh lain.
Bagaimana cara membuat konflik yang baik? Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan.
1. Tentukan Sumber Konflik
Dalam menulis sebuah cerita dpasitikan penulis sudah mengetahui konflik terlebih dahulu karena menyangkut dalam tema cerita. Sebelum menulis konflik cerita, tentukan dulu sumber dari konflik itu sendiri. Apakah tokoh utama mengalami permasalahan ekonomi, atau konflik sosial, dan lain sebagainya. Hal ini akan berpengaruh terhadap jalan ceritanya.
2. Konflik Detail
Konflik cerita menjadi hal vital dalam feel cerita, baik dari tokoh ataupun jalan ceritanya. Setelah memikirkan sumber konflik, masukkan konflik lebih detail. Penggambaran konflik harus dijabarkan secara detail agar pembaca merasa puas dengan isi ceritanya. Pembaca akan masuk ke dalam feel cerita dan merasakan konflik yang terjadi.
3. Konflik Lebih Pribadi
Hal ini berkaitan dengan pertentangan diri. Bila mengandalkan konflik internal, sebaiknya akibatkan konflik untuk urusan pribadi agar feeling cerita lebih kuat lagi. Permasalahan dari diri akan membawa pembaca menjadi tokoh dalam cerita tersebut. Hal ini yang diinginkan setiap pembaca.
4. Konflik Masuk Akal
Dunia sastra adalah dunia rekaan, tetapi unsur cerita yang dimasukkan harus ada sisi rasionalnya, termasuk pembuatan konflik cerita. Jangan masukkan konflik yang irasional, mengada-ada hingga membuat konflik terkesan basi dan omong kosong. Hal ini akan menurunkan feel cerita dan tidak lagi menjadi daya Tarik untuk dibaca.
Yuks, kita simak contoh cerita fiksi yang mengandung konflik!
Sayembara di Istana Kucing
(A. Deni Saputra)
Istana tua yang menjulang tinggi tampak ramai dengan ribuan kucing dari berbagai pelosok negeri. Mereka berasal dari berbagai jenis ras dengan warna bulu dan penampilan yang berbeda. Kucing persia, angora, berwarna hitam, putih, cokelat, bahkan yang berwarna belang berkumpul di depan istana. Kemeriahan pada hari itu menunggu perlombaan menyanyi sebagai tanda sayembara pemilihan penyanyi istana.
"Pasti aku yang akan menjadi penyanyi istana. Suaraku paling bagus." Seekor kucing hitam dengan sombongnya bergaya di depan kucing-kucing lainnya.
"Pasti akulah. Sudah terbukti di daerahku, aku adalah penyanyi terkenal," ucap kucing beras persia.
Para kucing berunjuk gigi di depan Raja Kucing dan penghuni istana lainnya. Pihak istana menginginkan jika yang menghibur penghuni istananya adalah penyanyi yang sangat merdu. Tepuk tangan riuh setiap penampilan kucing di depan raja.
"Giliranku." Kucing angora bersiap untuk bernyanyi.
Sekelompok kucing mendengar suara kucing domestik  yang berwarna cokelat memiliki suara sangat merdu. Kucing persia dan kucing beras siam merencanakan sesuatu agar si kucing domestik tidak tampil di depan raja.
"Kamu berikan minuman yang sudah kucampur obat ini agar suaranya hilang." Kucing hitam menyodorkan sebuah botol berwarna kuning kepada kucing persia. Tanpa berprasangka buruk, kucing domestik meminum air yang ditawarkannya. Kini, giliran kucing domestik yang berwarna cokelat tersebut yang akan menampilkan nyanyiannya di depan raja.
Tepuk riuh dengan teriakan memuji ditujukan untuk kucing domestik.
"Loh! Mengapa suaranya masih merdu dan tidak hilang?" Kucing hitam dan Persia terkejut saling memandang.
Ketika kucing hitam dan persia berdiskusi, seekor kucing putih mendengar pembicaraannya. Ia pun menukar botol yang akan diberikan kucing persia kepada kucing domestik. Kucing putih itu seorang penghuni istana yang bertugas memantau acara sayembara tersebut. Â Kucing domestik berwarna cokelat itu terpilih menjadi penyanyi istana.
Apakah Anda sudah menemukan konflik dari cerita di atas?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H