Ibu dan Teori Feminisme
Hai hai, satu hari menuju Hari Ibu, saya ingin membahas mengenai perempuan, sosok seorang perempuan, dalam hal ini adalah ibu. Perempuan yang dikatakan memiliki unsur femininitas; perasa, penyayang, ataupun minoritas.Â
Padahal perempuan pun memiliki sisi maskulinitas; berani dan mayoritas. Apa lagi unbtuk seorang ibu, memadukan dua unsur femininitas dan maskulinitas.Â
Lihat saja jika mengatur rumah tangga, mengatur jalannya keluarga, meskipun dalah tahapannya ada sosok seorang ayah. Nah, pada kesempatan ini, saya pun menuliskan beberapa hal mengenain teori feminis.,
Feminisme lahir menggugat patriarki. Feminisme lahir disebabkan adanya diskriminasi, subordinasi, dan ketidakadilan terhadap perempuan. Feminisme pada hakikatnya menginginkan perempuan dianggap sebagai makhluk otonom yang dapat berdiri sendiri dan tidak bergantung pada siapapun. Oleh karena itu, awal mula lahir feminisme dimulai dengan pendidikan bagi kaum perempuann.
Feminisme menuntut adanya persamaan hak antara kaum laki-laki dan perempuan di semua bidang, baik itu politik,ekonomi, pendidikan, hukum, maupun perlakuan masyarakat. Tujuan feminisme adalah meningkatkan kedudukan dan derajat perempuan supaya sama atau sejajar dengan kedudukan serta derajat laki-laki.Â
Feminisme merupakan suatu respon terhadap tekanan, subordinasi, dan perlakuan tidak adil kepada perempuan. Feminisme bukan gerakan yang homogen, ini disebabkan feminisme berdasarkan realitas kultural dan kenyataan sejarah yang konkret.Â
Akan tetapi, inti perjuangan feminisme yaitu membela kaum perempuan. Dapat dikatakan bahwa feminisme merupakan jawaban atas masalah-masalah perempuan yang aktual menyangkut ketidakadilan yang ada pada suatu waktu. Goefe dalam Sugihastuti menjelaskan bahwa:
Feminisme merupakan teori tentang persamaan antara laki-laki dan perempuan di bidang politik, ekonomi, dan sosial; atau kegiatan terorganisasi yang memperjuangkan hak-hak serta kepentingan perempuan.
Kaum perempuan menginginkan kesejajaran dan keadilan yang menjadi hak bukan sebagai pemberian dari kaum laki-laki. Perjuangan tersebut menandakan bahwa eksistensi perempuan dapat berdiri otonom dengan dimensi femininitasnya.Â
Mereka mengontrol diri dan lingkungannya dengan strategi matang untuk melakukan perlawanan terhadap ketidakadilan. Hal tersebit mengindikasikan bahwa bentuk dan karakter feminisme berbeda-beda berdasarkan konteks geografisnya masing.Â