Dari narasi di atas terlihat bahwa gaya penulisan Seno sungguh sangat mengalir dan apa adanya. Seno lebih menyukai penggunaan kata dalam kalimat yang tidak bertele-tele dan dinamis. Pendeskripsian akan suatu kejadian mampu dilukiskan Seno serealitis mungkin, sesuai dengan apa yang pernah kita lihat dan baca tentang peristiwa tersebut.
Walaupun tidak terlampau banyak, sesekali penggunaan kata yang bermetaforis juga ditemukan dalam tulisan Seno di cerpen ini. Pemilihan tiap-tiap katanya tepat, yang disusun ke dalam bentuk kalimat yang pendek-pendek.
"Kulihat dia melangkah ke sana. Dalam cahaya lampu, lekuk tubuhnya nampak menerawang. Dia sungguh-sungguih cantik dan menarik,...sudah kubilang tadi barangkali aku seorang anjing, barangkali aku seorang babi, tapi aku mengenakan seragam."
Narasi tersebut di atas, semakin memperjelas maksud dan tujuan Seno dalam mengemukakan kebobrokan aparat negara ini. Hal ini merupakan kritik sosial yang muncul dari keresahan-keresahan yang ada pada diri Seno. Melalui tulisannya, Seno ingin menyampaikan kebencian dari apa yang ia ketahui dan rasakan.
Namun, gaya bahasa Seno yang kita lihat pada cerpen Clara, belum tentu menjadi ciri khas gaya bahasa Seno secara keseluruhan. Jika kita ingin melihat stilistika dari tulisan dan karya-karya Seno Gumira Ajidarma, tentunya kita harus membaca seluruh karya-karyanya dan menemukan satu benang merah dari tiap karya-karyanya untuk menentukan gaya bahasa Seno yang sesungguhnya. Clara merupakan salah satu cerpen terbaik Seno yang mampu mempengaruhi pembacanya. Dari cerpen inilah banyak muatan-muatan sosial yang dapat kita pelajari dalam kehidupan nyata. Meskipun begitu, gaya bahasa yang dimunculkan Seno di cerpen ini sungguh sangat terasa dan kuat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H