Jika dilihat dan diperhatikan, buku tentang Hikayat Raja Muda merupakan karangan Pawang Ana dan Raja Haji Yahya dengan didasari dari naskah orang Barat. Namun ceritanya tidak mengurangi unsur-unsur lain sehingga seperti ada perpaduan dari beberapa budaya atau adat. Buku ini yang ditebitkan di Singapura pada tahun 1960-an memiliki cerita yang sangat lengkap.Â
Seperti ada perpaduan dua tempat yaitu di dunia dan negeri kayangan yang berada di atas udara yang secara realita hanya berada dalam dongeng-dongeng. Atau terdapat kemungkinan perpaduan dari cerita Hindu dan Islam. Seperti yang diketahui cerita Hindu yaitu Mahabrata dan Ramayana merupakan cerita yang melegenda dengan setting di alam lain yaitu seperti kayangan.
Dalam Hikayat Raja Muda secara menyeluruh mendapatkan faktor pendukung dalam cerita dengan memasukkan unsur-unsur keislaman. Ini dapat dilihat dari alur dalam ceritanya, meskipun nama tokoh dan nama kerajaan tidak terdapat unsur islamnya.Â
Nama tokoh terdapat perpaduan pula antar Hindu dengan Islam, bisa dilihat tokoh Baginda yang bernama Sultan Degar Alam yang memiliki unsur Islam dengan nama-nam raja lain yang berasal dari agama Hindu. Nama tempat dalam Hikayat Raja Muda punbegitu pula masih terdapat unsur Hindu-Islam.
Namun, Hikayat Raja Muda memilki kekuatan yang menitikberatkan pada kebudayaan Islam, sehingga ceritanya sangat mencolok dengan adanya ajaran-ajaran Islam seperti:
Selamatan kelahiran bayi
Selamatan khatam Al-Qur'an
Selamatan empatpuluh hari orang yang sudah meninggal
Adat pernikahan Islami
Khitan anak laki-laki
Menyinggung masalah halal-haram, dosa-pahala, nahu tafsir, dan sah-batal