Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Semiotik adalah sebuah kajian tentang tanda, sekaligus makna yang terdapat di balik teks (tanda) tersebut.Â
Dalam salah satu sumber dinyatakan bahwa teks yang dikaji dalam semiotik merupakan tanda dalam teks yang berkaitan dengan hal yang ada di luar teks. Ada dua macam tanda yang dikaji dalam semiotik, yaitu: tanda yang muncul secara sadar (signal) dan tanda yang muncul tanpa sadar (symptom).
 Dan dalam karya sastra symptom sering kali ditemukan dalam penggunaan diksi, struktur penceritaan, dan sebagainya. Berbicara tentang tanda, ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu petanda dan penanda. Petanda adalah yang ditandai dan penanda adalah yang menandai.
Pusat perhatian semiotik adalah pada sistem yang mendasari "sistem kebahasaan", dan bukan pada wujud pemakaiannya. Artinya sebuah wujud bahasa (kata ataupun kalimat) yang terdapat pada sebuah karya sastra belum tentu mengacu pada sebuah makna, dengan kata lain ada kemungkinan terdapat makna lain pada wujud bahasa tersebut.
Menganalisis sebuah karya secara semiotik berarti membuat kita harus mencari tahu apakah arti atau makna di balik sebuah simbol yang terdapat dalam sebuah karya sastra.Â
Karya sastra yang dimaksud meliputi cerpen, novel, roman, atau puisi. Terutama pada karya sastra bentuk puisi yang terbentuk dari kalimat-kalimat yang singkat dan padat, unsur semiotik pastilah terkandung di dalamnya. Pada puisi Aku karya Chairil Anwar di atas terdapat beberapa aspek kata dan kalimat simbolik yang saya rasa memiliki makna tersendiri di luar arti kata dan kalimat itu sebenarnya.
Sesuatu yang sangat menarik untuk diperhatikan bahwa mencari makna dari sebuah sajak atau puisi adalah kecenderungan bagaimana kita menfsirkan dengan hati dan nurani.Â