VAKUM
Â
apa yang kau tepis sedari waktu?
berdetak detik melipat wajah di kolong
kenangan yang tak letih-letihnya membakar abu
sedari mula jiwa-jiwa kantuk pergi berkelana
menafikan ihwal gravitasi
pada trotoar yang kelak tergusur
pesawat asing yang bertamasya
pertolongan pertama insulin
napas pispot
kekonyolan selebriti
warna-warni bendera bajak laut
gasal asmara
dan mesin-mesin
yang teratur mati saat senja membatasi laba
sebelum gelap merampas sunyi
perlahan kau tepis waktu dengan anganan kata
yang tragis bahwa kita melahirkan sajak epitafÂ
untuk dibacakan sendiri
pagi-pagi sekali
MATA SAJAK
Â
Ia membaca matamu yang tengah
memuntal tanya di balik rahasia penyair
mengancah relung samudra hikmah
tiap kenangan yang mengantri di dadamu
ia memejam kata yang gelisah di musim sepi
kala hujan dan gemuruh kian bermufakat gelap
membius waktu-waktu rawan sesap
air mata yang belum hendak binasa
ia merapal syair yang terbenam di ufuk
pandang tersembunyi kala pemiliknya
tahu kita hanya ingin membaca apa yang
tersisa dari sedikit rona pada berpulangnya senja
(Bojongsoang, 2018)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H