Hanya Turki dan Qatar yang bernarasi sama dengan pihak otoritas Iran melihat peran pragmatis para intervensionis. Tapi tidak hanya Timur Tengah yang salah tingkah. Para tokoh dan pemerhati politik kawasan di dalam negeripun seperti wait and see beropini pada perkembangan ini, dari yang liberal sampai agamis.
Mendukung para demonstran anti pemerintahan Iran bisa diartikan sejalan dengan pemikiran dan gaya politik para intervensionis dan representasi identitas kaum liberal-sekuler yang menolak praktek keagamaan yang ketat dalam kehidupan bernegara.
Sedangkan menolak aksi para demonstran berarti menolak secara penuh upaya distribusi kuasa demokrasi menuju level yang lebih proporsional, terbuka dan moderat dalam menimbang referensi sosial budaya masyarakat yang plural.
Sampai di sini, kita bisa merasakan betapa penting sekaligus riskan makna eksistensi sebuah kebhinnekaan.