Mohon tunggu...
D. Hardi
D. Hardi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

lahir di fiksiana sewaktu bulan terbelah dan sepoi angin mengembuskan sarin

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Protes Iran dan Salah Tingkah Timur Tengah

4 Januari 2018   21:04 Diperbarui: 5 Januari 2018   06:42 1232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: fairobserver.com

Turki sendiri masih tercatat sebagai anggota NATO, yang meminta konsekuensi wajib solidaritas militer para anggotanya. Kelihaian Putin wara-wiri-berkomunikasi ringan dengan Kurdi-cukup memantapkan Turki saat ini untuk menjalin relasi Ankara-Moskow-Taheran yang kokoh atas kewaspadaan potensi proxy baru pasca ISIS lewat manuver Gerakan Kurdi Raya.

Gaya intervensionis yang klise hanya melakukan pengulangan: mereduksi kekuatan plural sebuah negara lewat politik standar ganda. Dukungan AIS pada pemberontak di Libya, Irak, Suriah tak terlihat di Yaman, Mesir, dan bias di Afghanistan. Ujungnya adalah konsesi SDA. Yang terjadi adalah segala keributan di kawasan Arab lain membuat fokus utama terhadap Palestina perlahan terbengkalai.

Iran saat ini bukanlah Iran periode lama yang medioker terhadap hegemoni asing sampai era Shah Reza yang tak mampu dan mau melibatkan diri pada perang Arab versus Israel. Semua berubah pasca 1979.

Iran adalah negara teokrasi yang masih menyisakan sedikit praktek demokrasi karena pluralitas pandangan-pandangan politik dan kelompok. Di dalamnya ada kelompok pendukung Revolusi Islam dan otoritas tertinggi, ada simpatisan romansa rezim Shah Reza, ada kelompok liberal-sekuler, cendikiawan reformis, sampai sosialis. 

Selain kubu pertama, para demonstran anti pemerintah terdiri dari pembauran elemen-elemen ini, meski Rouhani sebetulnya berasal dari kubu reformis yang agak terbuka dengan Barat, dan gerakan kiri sosialis di Iran dalam sejarahnya pernah bersatu dengan Khomeini melawan rezim Shah.

Narasi ringkas media-media Barat juga membuat frame simplifikasi kelompok masyarakat yang terbelah menurut tingkat ekonominya. Mengaburkan opini bahwa para pendukung pemerintahan dan sistem Revolusi Islam juga banyak yang berasal dari golongan ekonomi kelas bawah. 

Status sosial para pejabat otoritas maupun Garda Revolusi tak jauh berbeda dengan politikus-politikus MKO yang sosialis dan tokoh oposisi Syiah ekstrem yang berdomisili nyaman di Prancis dan Inggris.

Respon negara Arab tampaknya cukup hati-hati dalam melihat persoalan politik Iran ini mengingat peran dan pengaruhnya yang cukup besar di kawasan dalam beberapa tahun belakangan. 

Respon yang terlalu kasar bisa berakibat bumerang mengingat sebagian besarnya masih bercorak monarki yang minim kesadaran berdemokrasi. Bahkan friksi-friksi dan protes kecil bisa mengkapital yang tentunya bukan sesuatu yang diharapkan bagi setiap pemegang kekuasaan.

Kritikan pangeran Saudi yang menyatakan bahwa para pemimpin Iran seperti Hitler yang diktator, Netanyahu yang memuji para demonstran anti pemerintah, dan cuitan presiden Trump yang mendadak membela kebebasan demokrasi rakyat Iran setelah beberapa bulan sebelumnya melarang kedatangan warga Iran ke tanah Paman Sam, bagai menepuk air didulang memercik muka sendiri.

Simpati politis itu seolah menegasi atensi kasus puluhan imam ulama Saudi yang dikriminalisasi, pembubaran paksa protes para Yahudi Ethiopia dan demo puluhan ribu warga Israel di Tel Aviv perihal kasus dugaan korupsi dan penyalahgunaan jabatan oleh Benjamin Netanyahu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun