Saperlune mengajarkan untuk melakukan sesuatu hanya sejauh yang diperlukan. Ini berarti tidak berlebihan dalam bertindak atau mengambil sesuatu. Prinsip ini mendorong kita untuk lebih efisien dan efektif dalam berbagai aspek kehidupan, baik itu dalam pekerjaan, penggunaan waktu, atau dalam interaksi sosial. Dengan kata lain, bertindak secukupnya dan tidak berlebihan.
 4. Sacukupe (Secukupnya)
Sacukupe berarti menerima dan merasa cukup dengan apa yang ada. Prinsip ini mengajarkan pentingnya rasa syukur dan puas dengan apa yang dimiliki. Ini bukan berarti tidak berusaha untuk lebih baik, tetapi lebih kepada tidak serakah dan tidak terus-menerus mengejar sesuatu yang tidak pernah cukup. Dengan merasa cukup, kita dapat menemukan kedamaian batin dan kebahagiaan sejati.
 5. Samesthine (Semestinya)
Samesthine mengajarkan untuk bertindak sesuai dengan apa yang seharusnya atau sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku. Prinsip ini menekankan pentingnya menjalani hidup dengan cara yang sesuai dengan hukum, adat, dan etika yang ada dalam masyarakat. Ini membantu menjaga harmoni dan keadilan dalam kehidupan sosial.
 6. Sabenere (Sebenarnya)
Sabenere berarti hidup dengan kejujuran dan keaslian. Prinsip ini mengajarkan untuk selalu berkata dan bertindak jujur, serta hidup sesuai dengan kebenaran. Kejujuran tidak hanya penting dalam hubungan dengan orang lain tetapi juga dalam hubungan dengan diri sendiri. Dengan hidup secara jujur, kita membangun integritas dan kepercayaan, baik dari diri sendiri maupun dari orang lain.
Filosofi Nemsa yang diajarkan oleh Ki Ageng Suryomentaram memberikan panduan hidup yang sangat relevan dalam mencapai keseimbangan, kedamaian, dan kebahagiaan. Enam prinsip ini mendorong kita untuk hidup dengan lebih sadar, bijaksana, dan harmonis, baik dengan diri sendiri maupun dengan lingkungan sekitar. Dengan mengadopsi prinsip-prinsip ini, kita dapat menciptakan kehidupan yang lebih bermakna dan berkualitas.
 Mulur, Mungket: Ajaran Ki Ageng Suryomentaram terhadap Transformasi Audit Pajak
Ki Ageng Suryomentaram adalah salah satu tokoh kebatinan yang sangat dihormati di Indonesia. Ajaran-ajaran beliau banyak berfokus pada pemahaman diri dan keseimbangan hidup. Salah satu konsep kebatinan yang diajarkannya adalah "mulur" dan "mungket". Konsep ini dapat diadaptasi dalam berbagai aspek kehidupan modern, termasuk dalam konteks transformasi audit pajak. Berikut adalah penjelasan mengenai konsep "mulur" dan "mungket" serta bagaimana konsep ini dapat diterapkan dalam transformasi audit pajak.