Aroma persaingan pilkada Jakarta 2022 sudah mulai terasa, mulai dari adu argument antara pendukung Anies dan Risma belakangan terakhir soal banjir Jakarta dan Surabaya, hingga mulai terbentuknya pendukung fanatik anies dan risma yang menguat dan mengkristal belakangan ini.
Jika berbicara polarisasi politik, rasanya bukan hal baru di negara ini, karena sejak 2014 silam sebutan cebong dan kampret sudah mulai terbentuk. Dan menurut saya hal tersebut merupakan imbas dari pemilihan langsung yang kita terapkan di negara ini sejak tahun 2004 silam.
Jika sebelum pilpres 2014 dan 2019 yang baru saja kita lalui polarisasi terletak antara pendukung Jokowi dan Prabowo, dan kini usai pilpres 2019 dengan masuknya Prabowo ke dalam Kabinet Jokowi, saya rasa kini bukan lagi polarisasi antara pendukung Jokowi dan prabowi lagi, tetapi polarisasi antara pendukung anies dan risma.
Jika beberapa saat lalu ada namanya pendukung Jokowi dan Prabowo, kini ada metamorfosa baru walaupun sebenanya barisannya sama saja hanya berganti tokoh yang didukung saja. Kalau menurut saya polarisasi antara pendukung anies dan risma yang mulai terbentuk saat ini adalah cikal bakal dukungan pada pilpres2024 mendatang.
Memang saya rasa terlalu jauh saya menganalisa, tapi setelah saya piker-pikir ya masuk akal juga karena antara pendukung anies dan risma sudah mulai terbentuk dari akar rumputnya.Â
Risma dan anies merupakan sama-sama tokoh populer yang memimpin kedua kota terbesar di Indonesia. Anies memipin kota terbesar di Indonesia nomor 1 dan Risma memimpin kota terbesar di Indonesia nomor 2.
Yup, jika berbicara Pilkada Jakarta 2022 sudah pasti akan bicara pilpres 2024 mendatang, apalagi Jakarta adalah kota di mana belum pernah ada Gubernur yang bisa bertahan selama dua periode semenjak adanya pemilihan langsung sejak 2007.
Jika berbicara pilkada Jakarta 2022 mendatang rasanya sulit jika tidak menghubungkannya pda pilpres 2024, karena sejak pak Jokowi naik jadi presiden dari Gubernur Jakarta dahulu, rasanya Jakarta menjadi batu loncatan potensial untuk menjadi RI 1.
Jadi ketika menjadi Gubernur Jakarta sudah pasti Hasrat untuk menjadi RI1 sudah tertanam dalam diri, apalagi Balaikota Jakarta dengan Istana Negara santgat berdekatan. Sudah jelas kan godaannya sangat terasa hehe
Peluang anies pada pilkada Jakarta 2022
Peluang anies? Saya rasa tergantung dari kinerjanya selama 2,5 tahun kedepan jika anies mampu menggunakan waktunya sebagai Gubernur Jakarta yang tersisa, maka anies bisa saja mengulang kesuksesannya pada pilkada Jakarta 2017 lalu.
Medan pilkada 2022 nanti bukan medan yang mudah bagi anies karena kini anies maju sebagai pertahana. Berbeda dengan masa anies maju sebagai penantang pada Pilkada Jakarta 2017 lalu, dimana dia belum ada cacat atau cela.
Kegagalan anies memimpin Jakarta mulai dari masalah banjir, pengelolaan tata kota yang belum maksimal,lonjakan populasi Jakarta, kemacetan hingga belum efektifnya kebijakan ganjil genap, akan menjadi senjata bagi lawan anies untuk menantang dirinya pada Pilkada Jakarta 2022 mendatang.
Leadership anies menjadi penentunya, dimana sebagai pemimpin Jakarta anies harus mampu menunjukkan kalau ia telah sukses memimpin Jakarta selama ini. Memimpin kota sebesar Jakarta bukan perkara mudah, karena kota yang telah lama menjadi jantung dari segala-galanya bagi Indonesia ini memiliki masalah yang cukup kompleks.
Apalagi sebagai daerah yang memiliki APBD tertinggi di Indonesia, tentu akan menjadi tantangan bagi anies, karena dibalik sulitnya memimpin Jakarta tetapi dengan anggaran yang sebesar itu anies dapat berbuat banyak untuk menata kota Jakarta.
Jika pada pilkada jakaarta 2017 anies sebagai penantang tanpa cela, maka pada Pilkada Jakarta 2022 mendatang anies atentu akan menjadi calon pertahana  yang akan memiliki banyak celah untuk sang penantang.
Jadi kemungkina anies terpilih kembali pada Pilkada Jakarta 2022 mendatang adala 50:50.
Peluang Tri risma harini pada pilkada Jakarta 2022
Nama ini telah lama santer akan mengisi peta politik Pilkada Jakarta 2022 mendatang, karena selain menjadi lawan yang imbang bagi anies, sosok risma yang telah habis masa jabatannya memimpin Surabaya pada 2020 mendatang. Selalu di kait-kaitkan menjadi calon kuat Gubernur Jakarta pada 2022 mendatang.
Menurut saya sangat masuk akal, karena risma merupakan walikota Surabaya yang sukses mengubah wajah kota Surabaya dari kota yang biasa-biasa saja menjadi kota terbersih di Indonesia bahkan asia tenggara.
Kesuksesan risma menata Surabaya tentu akan menjadi modal kuat bagi risma untuk running pada pilkada Jakarta 2022, apalagi pendukung akar rumput risma sudah mulai terbentuk belakangan ini. Yup riak-riak polarisasi antara pendukung anies dan risma belakangan ini adalah bukti bahwa sosok risma mulai sangat diperhitungkan akan menjadi lawan kuat anies.
Jika berbicara risma akan maju sebagai calon Gubernur Jakarta mendatang rasanya tidak hanya bicara tentang pilkada Jakarta saja, tetapi secara nasional risma sangat potensial untuk menjadi calon    Presiden pada 2024 mendatang.
Dan bisa saja Risma akan menjadi pengganti Presiden Jokowi pada pilpres 2024 mendatang.
Peluang Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai poros ketiga pada Pilkada Jakarta 2022
Loh kok ada AHY? Saya memasukkan nama ini karena AHY masih sangat-sangat potensial untuk running kembali pada pilkada Jakarta 2022. Mantan calon Gubernur pada Pilkada Jakarta 2017 lalu ini menjadi sangat potensial bagi saya. Karena AHY sudah punya basis akar rumput yang kuat waktu Pilkada Jakarta 2017 lalu.
Masih ingatkah ketika di putaran pertama Pilkada Jakarta 2017 elektabilitas AHY sempat menyalip anies bahkan ahok dikala itu, melihat tren elektabilitas AHY dimasa lalu tersebut, maka dapat saya simpulkan basis pendukung akar rumput serta performa elektabilitas AHY itu sebenarnya cukup bagus dan prima.
Sosok muda, tampan dan memiliki nama besar SBY dalam dirinya tentu menjadi daya Tarik para pemilih untuk menentukan pilihan pada AHY. Ketika Pilkada Jakarta 2017 lalu hanya satu kekurangan AHY, yaitu retorika dan kemampuan debatnya tak sebaik Ahok dan Anies. Menurut saya wajar karena ketika Pilkada Jakarta 2017 lalu AHY termasuk baru dan hijau dalam panggung politik.
jika AHY memang akan maju kembali pada Pilkada Jakarta 2022 mendatang tentu akan menjadi sangat menarik, karena selain menjadi penengah antara persaingan antara anies dan risma alias poros ketiga, AHY juga akan menjadi salah satu penantang berat anies
AHY hingga saat ini belum memiliki cela karena belum pernah memimpin Jakarta, jika beberapa waktu lalu AHY gagal masuk ke dalam Kabinet Jokowi maka pilkada Jakarta 2022 akan menjadi panggung yang tepat bagi AHY untuk menatap pilpres 2024 mendatang.
Selama 3 tahun sejak kekalahannya pada Pilkada Jakarta 2017 lalu, saya rasa kemampuan politik dan retorika AHY akan melonjak jauh lebih baik. Nama AHY tentu tak bisa kita kesampingkan karena potensi AHY untuk memenangkan pilkada Jakarta 2022 mendatang juga sebenarnya cukup besar.
Jika anies yang kini telah berubah menjadi calon pertahana, maka AHY bisa maju menjadi calon penantang yang masih memiliki nama yang bersih tanpa cela. Jika pada Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu AHY hampir menang, maka ada kemungkinan AHY bisa saja memenangkan Pilkada Jakarta 2022
Jika AHY maju kembali pada pilada Jakarta 2022 mendatang, maka pilkada Jakarta 2017 bisa dijadikan test the water bagi AHY untuk menjadi strateginya untuk memenangkan Pilkada Jakarta 2022 mendatang.
Selain potensi AHY yang cukup besar untuk memenangkan Pilkada Jakarta 2022 mendatang, AHY juga bisa memjadi pemecah ombak alias peredam persaingan sengit tantara pendukung akar rumput Anies dan Risma.
Pilkada Jakarta tentu merupakan hal yang paling sakral dari seluruh pemilihan kepala daerah di Indonesia apalagi akan bertabur calon-calon yang tentu tidak asing di telinga kita. Tetapi seperti yang sudah saya sebut di awal tulisan ini, rasanya sulit untuk memisahkan antara Pilkada Jakarta 2022 dengan pilpres 2024 mendatang, apalagi barisan pendukung akar rumput antara tokoh-tokoh tersebut telah terbentuk sejak lama.
Anies, Risma dan AHY, siapakah yang akan memimpin komando Jakarta kedepannya, Â apalagi akan ada pemindahan ibukota kedepannya. Sehingga siapa yang memimpin Jakarta kedepannya juga begitu penting untuk membawa kemana arah Jakarta ketika Jakarta tak lagi menjadi Ibukota Negara dan Daerah Khusus Ibukota.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H