Mohon tunggu...
Muhammad Dendy
Muhammad Dendy Mohon Tunggu... Seniman - menulis adalah obat hati

"saya adalah orang yang selalu ingin belajar dan selalu ingin mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri saya"

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Poros Ketiga, Mungkinkah?

5 Maret 2018   16:09 Diperbarui: 5 Maret 2018   16:14 1233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
AHY-Cak Imin, Yang disebut-sebut akan menjadi Poros ketiga (http://www.gelora.co )

Presidential Threshold 20 persen yang disahkan secara resmi oleh MK beberapa waktu, seakan membuat peluang terbentuknya poros ketiga suatu hal yang sangat mustahil. Ada beberapa kekhawatiran beberapa pihak jika memang poros pada Pilpres 2019 mendatang akan mengulang poros yang sama seperti Pilpres 2014, maka keterbelahan masyarakat akan perbedaan pandangan politik akan semakin melebar.

Entah benar atau pun tidak kekhawatiran semua pihak tentang berulang kembalinya persaingan Prabowo-Jokowi pada Pilpres 2019, tetapi memang namanya dalam alam demokrasi, semakin banyak pilihan maka semakin baik pula demokrasi kini.

Wacana poros ketiga tentu sangat menarik untuk dibahas, karena memang terbentuknya poros baru diluar Jokowi dan Prabowo, seakan membuat kompetensi pilpres tidak hanya terbelah kepada dua kubu, yang selama ini kita mengetahuinya kubu Jokowi dan Prabowo.

Apalagi aturan ambang batas yang seakan membuat calon anternatif berat untuk terlahir adalah alasan terbesar mengapa banyak para pengamat sepakat pilpres akan mustahil akan menjadi 3 poros kubu yang akan bertarung.

Presiden Jokowi adalah calon presiden pertama yang menyatakan dirinya akan bersaing kembali pada pilpres 2019 mendatang. Dan tentu saja kali ini Jokowi dengan status yang berbeda, dimana kali ini maju sebagai capres pertahana. Dan tentu saja dengan dukungan PDIP-Golkar-Nasdem-Hanura-PPP, maka sudah jelas dukungan partai dengan perwakilan parlemen lebih dari cukup utuk aturan ambang batas Presidential Threshold (PT).

kembali kepada wacana poros ketiga tadi, mungkinkah poros ketiga ini akan menjadi bukti bahwa ada potensi suara tersembunyi? Jika diberikan untuk berpendapat saya menjawab YA!. Karena ada potensi pemilih yang besar diluar Jokowi dan Prabowo yang tentu saja bisa menjadi milik poros alternatif.

Tentu cukup menarik, dimana jika diberikan pertanyaan, "siapa capres yang akan dipilih antara jokowi dan Prabowo"? Jokowi tentu masih memiliki suara terbesar, dan tentu saja disusul oleh Prabowo diposisi kedua.

Akan tetapi jika diberikan kesempatan," antara memilih Jokowi" dan "tidak memilih Jokowi"( massa mengambang). Maka yang terbesar adalah yang memilih tidak memilih Jokowi.

Temuan menarik itu ada pada hasil temuan survey kedaiKopi yang dilakukan survey kelompok diskusi dan kajian oponi publik indonesia (KedaiKopi) 8-27 desember 2017. Dimana  48 persen masyarakat Indonesia ingin capres alternatif diluar Jokowi, sedangkan 44 persen masyarakat akan kembali memilih Jokowi. Dan tentu saja ada 6 persen yang tidak menjawab, itu berarti ada 54 persen suara mengambang,  berdasarkan temuan lembaga survey kedaiKopi tersebut.

Mungkinkah ini jalan keluar untuk lahirnya calon alternatif, atau mengutip pernyataan prof. Rocky gerung, adalah "jalan ketiga" yang bisa saja akan lahir?

Pks dorong pembentukan poros ketiga?

Berdasarkan hasil temuan lembaga survey kedaiKopi diatas, sudah dapat dipastikan akan menjadi lampu kuning bagi elektabilitas Jokowi , karena ada banyak hal yang harus diperbaiki Presiden Jokowi. Salah satunya yang terenting adalah persoalan ekonomi dan melemahnya daya beli masyarakat. Tetapi masih ada waktu yang tersisa 1 tahunan lagi bagi Jokowi untuk memenuhi janjinya dalam perbaikan perekonomian.

Kembali kepada poros ketiga tadi ada suatu hal yang menarik, dimana ada dorongan dari partai yang selama ini konsisten menjadi partai oposisi bersama Gerindra dengan mengusung Prabowo sebagai capres. Yaitu PKS yang mendorong lahirnya poros ketiga yang akan dimotori oleh Demokrat-PAN-PKB.

Berdasarkan petikan pemberitaan yang saya kutip dari Detik.com Jumat (2/3/2018). PKS menggiring isu pembentukan poros baru di Pilpres 2019, yakni Demokrat-PAN-PKB. PKB pun akan membahas potensi terbentuknya poros ketiga di pilpres nanti.

"Semua masukan akan dibahas dalam muspimnas," ujar Wasekjen PKB Daniel Johan saat dimintai konfirmasi, Jumat (2/3/2018).

PKB akan menggelar musyawarah pimpinan nasional (muspimnas) pada akhir Juni mendatang. Agenda yang akan dibahas juga tentang strategi menjelang Pilpres 2019.

Jika meliha peta Kini, poros yang sudah terbentuk adalah poros partai pendukung Jokowi dengan kekuatan PDIP-Golkar-PPP-Nasdem-Hanura, Jika merujuk pada partai pendukung yang punya posisi kadernya diparlemen.

Sedangkan poros Prabowo sudah pasti akan diisi oleh Gerindra-PKS, menginggat kedekatan kedua partai ini sejak Pilpres 2014 silam. Jika dikalkulasikan secara jumlah kursi diparlemen, Gerindra dan PKS sudah memenuhi syarat minimum Presidential Threshold (PT) 20 persen. Dimana Gerindra memiliki 73 kursi (13 Persen) dan PKS 40 kursi (7,1 persen). Yang  jika ditotal  menjadi 20,1 persen.

Nah, jika poros ketiga memang benar akan terbentuk, maka akan jauh lebih dari cukup untuk syarat minimun PT. Dimana PKB memiliki 47 kursi (8,4 persen), PAN 48 kursi (8,6 persen). Serta Demokrat 61 kursi (10,9 persen). Yang jika ditotal kekuatan ketiga partai ini diparlemen adalah 27,9 persen, yang tentu saja lebih dari cukup dari syarat minimum mengajukan capres 20 persen PT.

Jika melihat history kedekatan antara SBY-Cak Imin selaku ketum PKB, peluang terbentuknya poros ketiga bisa saja terjadi, karena memang hingga kini hanya PKB yang belum memutuskan dukungan kedalam poros partai pendukung Jokowi maupun Prabowo.

Pada masa pemerintahan SBY dahulu, hubungan antara SBY-Cak Imin memang terjalin mesra pada masa pemerintahan SBY. Dimana PKB menjadi salah satu partai yang menyatakan dukungannya pada rezim SBY.

Apalagi pada Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu terbukti PKB masuk sebagai salah satu partai pendukung Agus-Silvy. Dan tentu saja Demokrat memang bisa menjadi motor utama untuk melahirkan poros ketiga, serupa Pilkada DKI Jakarta 2017 yang melahirkan poros Agus-Silvy.

Setelah pernah membentuk poros baru pada Pilkada Jakarta 2017, dengan membentuk poros cikeas dengan pasangan agus-silvy sebagai calon tandingan Anis-Sandi dan Ahok-Djarot. Maka peluang Demokrat bersama PKB untuk membentuk poros baru sangat mungkin terjadi.

Ketokohan Cak Imin memang memiliki pesona tersendiri, karena bagi kalangan akar rumput NU dan masyarakat Jawa Timur, tokoh ini cukup bisa memberikan performa untuk mendongkrak elektabilitas siapapun yang akan didampinginya kelak.

Secara kalkulasi, ketokohan Cak Imin tentu akan memiliki daya kejut pada perolehan suara Jawa Timur kelak. Seperti kita ketahui Jawa Timur merupakan provinsi dengan penduduk terbanyak kedua setelah Jawa Barat.

Jawa Timur adalah basis NU, sudah pasti tentu posisi tawar Cak Imin akan menjadi pertimbangan bagi poros ketiga yang diprediksi akan terbentuk tersebut, bahkan tak menutup kemungkinan juga pada kubu Jokowi dan Prabowo.

Apalagi SBY dan Cak Imin sama-sama berasal dari Jawa Timur, maka bisa menjadi pertimbangan juga kelak. Posisi PKB dan PAN memang selama ini terlihat akan lebih mungkin berada dalam kubu cikeas,menginggat sejarah keakraban masa lalu antara Hatta Radjasa sebagai salah satu senior PAN dan Cak Imin dengan SBY. Apalagi kedekatan ketiga partai ini pernah terjalin pada Pilkada Jakarta 2017 lalu dengan membentuk poros cikeas Agus-Silvy.

Mungkinkah dorongan PKS tersebu nantinya akan melahirkan poros  cak imin-AHY? karena respon PKB atas dorongan isu poros ketiga yang dilontarkan PKS tersebut adalah positif. Jika memang benar poros ketiga tersebut lahir, maka bisa saja prediksi pilpres 2019 serupa peta politiknya dengan Pilkada Jakarta 2017 benar adanya.

Cak Imin-AHY pada poros Demokrat-PKB-PAN, mungkinkah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun