Mohon tunggu...
Muhammad Dendy
Muhammad Dendy Mohon Tunggu... Seniman - menulis adalah obat hati

"saya adalah orang yang selalu ingin belajar dan selalu ingin mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri saya"

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Memaknai "Langkah Mandiri" Gerindra di Pulau Jawa, Prabowo Ukur Elektabilitas?

15 Desember 2017   14:06 Diperbarui: 15 Desember 2017   14:09 1415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Sudirman Said (CNN Indonesia/Abi Sarwanto)

Ini adalah hal yang selalu mengganjal dalam kepala saya, bahkan mungkin juga yang ada dalam benak para pembaca. Sulit rasanya tidak menghubungkan Pilkada Serentak 2018 dengan pemilu legislatif 2019. Apalagi pilpres 2019.

Karena memang pilkada serentak 2018 adalah salah satu kunci memenangi pemilu nasional. Langkah prabowo yang seolah pencetus kubu baru di pulau Jawa, seolah menekankan, bahwa ia memang akan kembali maju pada Pilpres 2019 mendatang.

Entah itu adanya isu Prabowo akan jadi king maker ataupun tidak, tetapi namanya politik semua pasti akan dinamis. Tepai bagi akar rumput Gerindra, sudah pasti sangat menghendaki sang ketua umumnya untuk kembali maju. Karena memang elektabilitas Gerindra sangat bergantung pada ketokohan dan popularitas Prabowo.

Keputusan Prabowo membentuk kubu baru selain Demiz dan Ridwan Kamil di Jawa Barat. Serta mengusung tokoh populer sekelas Sudirman Said di Jawa Tengah. Bahkan diprediksi Prabowo akan membentuk kubu baru di Jawa Timur yang sepertinya sinyal untuk mendukung La Nyalla kuat berhembus.

Adalah contoh, Prabowo memang akan memetakan elektabilitasnya di Pulau Jawa, karena Pilpres 2019 yang berdekatan dengan Pilkada serentak 2018, tentu adalah alasan mengapa Prabowo tidak menghendaki berlabuh ke kubu tokoh-tokoh populer yang lebih besar peluang menangnya.

Seperti SBY dan Demokrat-nya mengusung Demiz di jabar. Dan SBY juga melirik khofifah sebagai kader populer muslimat NU di Jawa Timur.

Tentu saja langkah Prabowo bukan tidak memiliki resiko, meskipun bisa saja secara mengejutkan. Prabowo akan kembali mulus membawa jagoannya menjadi orang nomor satu di provinsi, Seperti anies sandi di DKI Jakarta.

Tetapi bukan tanpa resiko, sebagai contoh Jawa Timur, ketika Prabowo tidak berlabuh ke Khofifah atau Gus Ipul. Tentu hal itu sangat beresiko jika Gerindra benar akan mengusung La Nyalla. Karena Jawa Timur berbeda dengan daerah-daerah  lain, dimana tokoh-tokoh NU yang akan berpeluang besar menang. Karena mayoritas masyarakat Jawa Timur adalah loyalis NU.

Peta kekuatan politik Jawa Timur memang terfokus kepada gus ipul dan khofifah. Tetapi namanya politik kembali lagi sudah pasti dinamis.

Apapun itu, langkah prabowo membentuk kubu baru di 3 provinsi pulau jawa, sudah pasti adalah langkah memetakan elektabilitasnya secara nyata. Karena cara ini lebih ampuh ketimbang memetakan dengan lembaga survey. Dan tentu saja seakan ingin memperkuat basis suaranya di pulau Jawa.

Langkah prabowo tersebut, juga bisa saja menjadi wujud Gerindra ingin menarik parpol-parpol untuk berjalan bersamanya. Dan bukan tidak mungkin Gerindra sudah memetakan sejak awal, bahwa Prabowo kini telah naik daun elektabilitasnya. Sehingga Prabowo berani membentuk kubu, yang mana  mengusung tokoh-tokoh baru yang selama ini tidak masuk dalam bursa cagub.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun