Ke-empat planet lainnya memang belum pasti memiliki kategori layak huni, tetapi berdasarkan penelitian dari para astronom, sejauh ini baru 3 planet yang memasuki kategori layak huni.
Ukuran atmosfir dan keadaan planet adalah salah satu yang menentukan dalam layak huninya suatu planet. Tetapi yang menarik adalah 3 planet yang memasuki zona layak huni. Tentu adalah suatu penelitian yang mengagumkan. Karena dimana jarak antara planet satu dengan yang lainnya tidak terlalu jauh. Bisa membuat kita melihat planet tetangga selayaknya kita melihat bulan dari planet bumi. Menarik bukan?
Planet yang paling mirip bumi adalah TRAPPIST-1 E, yang mana cahaya dalam planet tersebut sama seperti cahaya yang kita peroleh di bumi dari matahari sebagai bintang induk planet kita.
Sedangkan F dan G, memiliki suhu yang lebih sejuk jika dibandingkan dengan bumi, ibaratnya jika ditata surya kita adalah planet mars yang jaraknya dengan matahari lebih jauh dibandingkan bumi.
Yang paling menarik adalah keberadaan air cair dari ketiga planet layak huni tersebut. Karena air adalah sumber kehidupan. Dan tentu saja yang ada dalam kepala kita, apakah disana ada kehidupan?
Yang pasti jika benar planet-planet tersebut benar-benar layak huni, dengan tekhnologi  saat ini umat manusia belum bisa mencapai tata surya unik tersebut. Apalagi misteri keadaan alien tentu akan mewarnai hasil penelitian ini. Mungkinkah alien benar ada dan planet itu adalah bisa menjadi sumber kehidupan manusia dimasa depan?
Jika seandainya manusia hidup disana sudah pasti waktu akan terasa sangat cepat, karena dengan masa rotasi planet yang terjauh dari bintang induknya saja hanya 20 hari sekali revolusi. Mungkin kita akan cepat tua jika hidup disana. Jika saya bandingkan dengan bumi yang mencapai 356 hari sekali revolusi.
Apapun itu, penemuan Ekstrasurya TRAPPIST-1, adalah hasil penelitian luar biasa yang mana ternyata masih banyak misteri yang belum terpecahkan dalam sistem galaksi dan alam semesta kita. Yang pasti bumi yang kita tempati bagaikan debu yang kecil di bandingkan luasnya alam semesta kita. Bumi kita yang selalu terkotak-kotak-an oleh konflik baik horizontal dan vertikal, antar umat manusia. Â
Referensi :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H