Mohon tunggu...
Muhammad Dendy
Muhammad Dendy Mohon Tunggu... Seniman - menulis adalah obat hati

"saya adalah orang yang selalu ingin belajar dan selalu ingin mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri saya"

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Penggantian Panglima TNI dan Pilpres 2019

6 Desember 2017   18:08 Diperbarui: 6 Desember 2017   18:11 3600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Itu berarti jika Benar Presiden memang terburu-buru ingin mengganti sang panglima TNI secara dini. Sebaiknya secepatnya mungkin, karena apapun itu, nama Marsekal Hadi saat ini telah populer dan digadang menjadi calon terkuat panglima TNI. Jika berlarut-larut, maka akan ada dualisme kepemimpinan dalam tubuh TNI itu sendiri. Itu adalah makna yang saya tangkap dari penyataan Jenderal Gatot kemarin yang ingin presiden segera mengganti dirinya secepatnya jika ingin memensiunkannya dari jabatan panglima TNI secara dini.

Nama gatot yang kian populer dan mulai mendapatkan tempat di mata masyarakat, mungkinkah gatot akan menjadi matahari baru?

Fenomena matahari kembar memang bukanlah hal yang baru saja terjadi dalam dunia politik. Dimulai dari populernya nama SBY ketika menjabat Menkopulhukam di era kabinet Gotong Royong Presiden Megawati. Dan populernya nama Anies Baswedan dalam kabinet kerja era Presiden Jokowi.Adalah contoh matahari kembar dalam struktur pemerintahan bisa saja selalu timbul pada sosok lain.

Dalam hal ini dalam pemerintahan dan politik Jokowi adalah matahari itu. Dimana sebagai sosok yang populer secara elektabilitas dan Popularitas. Jokowi seakan sosok sentral dalam politik dan pemerintahan di Indonesia saat ini.

Akan tetapi ada suatu ganjalan, Jenderal Gatot perlahan tapi pasti mulai menyaingi popularitas Jokowi itu sendiri. Serupa Anies Baswedan yang dulu namanya populer ketika menjabat Mendikbud. Menggelorakan berbagai gerakan sosial dalam kementeriannya yang membuat namanya populer. Yaitu dimana Anies menghapus ospek alias masa orientasi yang banyak memakan korban kasus bully, dan gerakan mengantar anak ke sekolah. Seakan membuat nama Anies semakin populer.

Jenderal Gatot bisa saja serupa SBY di era kabinet Megawati dan Anies Baswedan di Era kabinet Jokowi. Dimana jika Jokowi lengah, maka Jenderal Gatot bisa menjadi lawan serius Jokowi pada Pilpres 2019. Dan bukan tidak mungkin akan seperti SBY dan Anies yang sukses merebut hati masyarakat setelah diberhentikan.

Karena jika benar Jenderal Gatot akan diberhentikan secara dini, peluang Jenderal Gatot berada di partai-partai oposisi yang berada diluar pemerintahan bisa saja terjadi. Sebagai contoh, partai Gerindra yang selama ini selalu melakukan pembelaan terhadap Jenderal Gatot. Bahkan tak jarang, Gerindra juga kerap membela Jenderal Gatot dalam setiap Manuvernya.

Referensi Berita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun