Pada hari senin 16 Oktober 2017 kemarin adalah merupakan salah satu hari bersejarah dalam dunia perpolitikan Indonesia, terutama Jakarta. Pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 secara resmi telah dilantik oleh Presiden Jokowi di Istana negara. Mungkin kemenangan kubu oposisi di Ibukota dalam hal ini Anies-Sandi bukan kali ini saja terjadi.Â
Akan tetapi pada Pilkada DKI Jakarta 2012 lalu, kubu oposisi juga pernah mengalahkan kubu pertahana dengan kekuatan partai penguasa dikala itu, yaitu Foke-Nara. Akan tetapi meskipun kubu Foke-Nara merupakan kubu pertahana dan didukung oleh partai penguasa dikala itu adalah Partai Demokrat. Kemenangan dikala itu berada dipihak kubu Jokowi-Ahok yang didukung oleh dua partai oposisi dikala itu, yaitu PDIP dan Gerindra.
Jakarta tentu saja merupakan medan pertempuran yang terberat, karena terbukti selama Jakarta melaksanakan pemilihan langsung. Tidak ada satupun pasangan pertahana bisa berkuasa selama dua periode. Hal itu tentu membuktikan bahwa dinamika dan peta politik Jakarta selalu dinamis alias berubah-ubah. Apalagi jumblah warga jakarta yang melek politik jauh lebih banyak dibandingkan daerah-daerah lainnya di Indonesia. Mungkin inilah yang menyebabkan betapa cerdas dan dinamisnya warga Jakarta dalam hal pengetahuan politik.
Kemenangan Anies-Sandi adalah yang kesekian kalinya, dimana calon pertahana pada akhirnya tumbang dengan calon dari kubu oposisi. Yaitu dalam hal ini Anies-Sandi berdiri dibelakang kekuatan partai oposisi yaitu Gerindra dan PKS. Dalam penguasaan pemerintahan Ibukota, kubu oposisi kali ini pasti tengah merasakan euforia naik daun. Hal itu terlihat dari semaraknya para pendukung Anies-Sandi yang memenuhi balaikota setelah prosesi pelantikan Anies-Sandi pada 16 Oktober 2017 lalu. Tentu hal tersebut membuktikan, betapa tingginya harapan masyarakat terhadap pemimpin baru yang tentu saja berpihak pada rakyat kecil dan menengah.
Nama Anies-Sandi setelah dan menjelang pelantikan kembali meroket, setelah sempat vakum karena menunggu proses pelantikan. Yang tentu saja secara langsung seluruh mata rakyat Indonesia tertuju pada 2 tokoh sentral yaitu Anies-Sandi. Betapa tidak, hampir seluruh media swasta nasional menyiarkan prosesi sakral pelantikan Anies-Sandi yang berlangsung di Istana Negara tersebut. Sehingga sudah pasti seluruh perhatian dan mata publik nasional tertuju pada Anies-Sandi.
Selama 5 tahun kedepan, dapat saya pastikan popularitas dan elektabilitas Anies-Sandi akan terus menanjak, seiring dengan kinerja mereka kedepannya. Dengan dimulainya pemerintahan Jakarta di tangan mereka, tentu saja mereka sudah mengantongi kunci panggung politik nasional. Yang mana Jakarta dan pemimpinnya selalu menjadi pusat perhatian nasional, apalagi DKI Jakarta adalah indikator pembangunan nasional.
Dengan kepopuleran dan posisi pemerintah ibukota yang kini dipegang Anies-Sandi, sudah dapat dipastikan Anies-Sandi akan menjadi investasi prabowo pada Pilpres 2019 mendatang. Jika berbicara investasi politik, Anies Baswedan tentu adalah investasi politik terbesar yang dimiliki prabowo pada saat ini. Sosok santun, humanis, dan dekat dengan rakyat kecil tentu akan menjadi penambah elektoral Prabowo jika Anies mau bersanding dengan Prabowo pada Pilpres 2019.
Selain karena sifat dan latar belakang Anies sebelumnya yang juga pernah menjabat sebagai salah satu anggota kabinet kerja Jokowi. Anies juga bisa menarik pemilih Jokowi pada tingkat akar rumput. Mengapa demikian? Karena pada Pilpres 2014 lalu anies adalah juru bicara tim pemenangan Jokowi-JK.
Ya, Anies bisa menjadi penarik suara pemilih Jokowi karena latar belakang Anies sendiri yang pernah berada dibelakang kekuatan relawan pendukung Jokowi. Sehingga tentu saja Anies masih memiliki pengaruh disini. Makannya tidak berlebihan jika saya dapat mengatakan Anies adalah investasi politik Prbaowo kedepannya, karena kekuatan ketokohan Anies itu sendiri.
Lalu jika Anies ikut bersanding dengan Prabowo, lalu siapa yang jadi Gubernur DKI Jakarta menggantikannya? Tentu saja akan berbuah manis bagi Sandiaga Uno, karena menurut konstitusi, serupa dengan Jokowi dulu yang maju Pilpres 2014 dan menyerahkan posisi Gubernurnya kepada Ahok. Sandi akan serupa ahok, dimana akan melanjutkan masa jabatan Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Jika sandi jadi Gubernur DKI Jakarta, maka kader PKS pun bisa mengisi posisi Cawagub. Sepertinya jika Anies memang benar maju pada Pilpres 2019, komposisi Cagub dan Cawagub akan diisi oleh Sandiaga Uno-Mardani Ali Sera. Persis seperti Komposisi yang terjadi sebelum masuknya Anies Baswedan dalam kubu Gerindra-PKS. Dimana Sandiaga akan maju bersama Mardani Ali Sera yang berasal dari PKS.