Kamu para penggemar film, tentu pernah mendengar film yang berstatus cult. Apa yang dimaksud dengan "cult"?Â
Jika ditelusuri dalam kamus, kata "cult" atau "kultus" dalam Bahasa Indonesia-nya , adalah sesuatu yang begitu antusias untuk dipuja atau disanjung dengan setia.
Status cult terhadap sebuah film mungkin saja bersifat sementara, karena berkaitan dengan popularitas seiring berjalannya waktu, melalui pengenalan publik secara global. Mengidentifikasi film cult tidaklah mutlak, karena berlaku untuk semua genre, tema, karakterisasi, serta arahan dan gaya film itu sendiri.
Jadi film berstatus cult tidak hanya ditujukkan dari penceritaan atau gaya yang nyeleneh, absurd dan ambigu, surealis, nihilisme maupun keunikan lainnya. Cerita dan alur yang sederhana, serta karakter atau narasi yang klise dan stereotip, juga bisa berstatus cult.
Lalu faktor apa saja yang bisa membuat film berstatus cult? Yuk kita telusuri uraiannya:
1. Pengaruh media dan kritikus
Peran media tentu saja sangat berpengaruh terhadap popularitas film itu sendiri, mulai dari promosi hingga review atau penilaian yang dipublikasikan tak lama setelah tayang premiere, sehingga cukup berpengaruh pada pilihan dan pandangan publik.
Film cult bisa saja awalnya sempat dinilai buruk hingga medioker oleh para kritikus, atau langsung dipuji oleh mereka. Maka peranan media dan kritikus merupakan faktor utama dalam mempertimbangkan film berstatus cult.
2. Performa tayang di bioskop
Film bisa dikatakan sebagai cult, jika tidak mampu berbicara banyak dalam tangga box office, dalam arti bisa saja mengalami sukses secara medioker, tenggelam dan kalah bersaing dengan film sejenis yang meraih keuntungan banyak, ataupun rugi secara finansial.
Hal lainnya yakni berkenaan dengan bujet seadanya sedari awal, saat studio atau distributor memutuskan untuk menayangkan filmnya dengan jumlah terbatas di bioskop. Maka peluang untuk terkespos pun tidaklah besar untuk dikenal lebih luas oleh audiens.
3. Digilai oleh sejumlah kecil penggemar
Faktor inilah yang membedakan antara film berstatus cult dengan film populer. Penilaian kontras antara kritikus yang membencinya dengan audiens yang menggilai dan mengapresiasinya, mengakibatkan film tersebut bisa berstatus cult.
Meski jumlah penggemarnya tidak banyak dan tidak pula global, namun mereka sangat loyal dan selalu memberikan rekomendasi dan promosi secara personal (word of mouth), atau di jaman sekarang menggunakan media sosial.
4. Penjualan film pasca tayang di bioskop
Atas dasar rekomendasi tersebut, maka semakin banyak orang yang menonton filmnya melalui sejumlah format lain pasca tayang di bioskop. Penjualan video dan streaming digital yang meningkat dari waktu ke waktu, membuktikan jika film tersebut ternyata disukai dan semakin diapresiasi oleh audiens.
Sejak luput dari ekspos media, film tersebut masih bisa mengandalkan penjualan melalui format lain, atau bahkan yang tidak pernah tayang di bioskop sekalipun. Oleh karenanya status cult bisa ditujukan terhadap film tersebut, berdasarkan permintaan penggemar dan audiens untuk diriliskan video-nya.
5. Ditayangkan dalam festival independen dan konvensi budaya populer
Sebagian film yang nantinya berstatus cult, biasanya ditayangkan pertama kali dalam festival independen yang semakin marak di berbagai wilayah. Selain itu, berawal dari komunitas diantara para penggemar genre tertentu, adanya konvensi budaya populer kerap digelar secara rutin.
Horor, fiksi ilmiah serta fantasi, adalah genre yang mempersatukan komunitas penggemarnya untuk mengadakan temu bintang, pameran, cosplay serta tentunya penayangan ulang film lama yang berstatus cult.
6. Evaluasi ulang filmnya
Seiring berjalannya waktu, sejumlah film yang semula dinilai buruk oleh kritikus di jamannya, akhirnya mendapat nilai yang lebih baik. Hal tersebut dikarenakan adanya beberapa kritikus lama yang merubah pandangannya, maupun para kritikus generasi baru yang langsung memberikan nilai positif.
Maka tidak heran, skor akhir penilaian film bersifat dinamis dan berubah-ubah sesuai dengan perbedaan nilai individu, dalam hal ini kritikus maupun audiens.
7. Dijadikan waralaba
Beberapa film yang berstatus cult, terkadang dijadikan waralaba melalui pembuatan sekuel, prekuel atau bahkan dibuat ulang. Adapun formatnya selain tayang di bioskop, bisa langsung melalui video atau film televisi, hingga dibuatkan juga versi komik, novel dan merchandise.
Namun tidak semerta-merta waralaba tersebut kian populer, karena tetap saja tergantung pada kesuksesan filmnya itu sendiri, terutama dari kritik dan pendapatan finansial.
Itulah 7 faktor yang bisa membuat sebuah film bisa dipertimbangkan untuk bersatuts cult, tergantung akan keunikan atau ciri khas yang cukup signifikan, baik dari penceritaan, karakterisasi dan objek, sinematografi ataupun elemen lainnya. Adakah film cult favorit kamu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H