Mungkin terlalu dini untuk menilai judul diatas, tapi boleh dong saya memberikan opini awal sejauh yang saya ketahui dalam menangkap berbagai fenomena yang terjadi terhadap Hollywood, serta khususnya Disney dan Marvel Studios, berkaitan dengan berbagai franchise yang kembali dihidupkan dalam beberapa tahun terakhir ini.
Kesuksesan Marvel Cinematic Universe (MCU), diawali dari Iron Man (2008) hingga Spider-Man : Far From Home (2019). Puncak hype-nya yakni Avengers : Endgame (2019) yang akhirnya berhasil menggeser posisi Avatar (2009) sebagai puncak tertinggi film terlaris sepanjang masa selama hampir 10 tahun.
Khususnya dalam dekade ini, berbagai fenomena di Hollywood yang beberapa kali menimbulkan kontroversi, seakan memecah fans terhadap beberapa franchise film tertentu. Hal tersebut dikarenakan tak lain dan tak bukan yakni, isu mengenai agenda politik identitas yang katanya dilakukan oleh para Social Justice Warrior (SJW) berupa narasi yang  berkenaan dengan seksisme, feminisme hingga LBGTQ, namun kredibilitas serta kualitas cerita film dan karakterisasi adalah yang paling vital untuk menentukan apakah film tersebut layak atau tidaknya bagi fans.
Sebagai jawaban dari banyak rumor yang beredar mengenai Fase 4 dalam wajah baru MCU, maka dalam acara akbar Comic-Con International 2019 di San Diego, 18 hingga 22 Juli lalu, serta acara D23 Expo 2019 pada 23-25 Agustus lalu, sang bos Marvel Studios, yakni Kevin Feige sendiri yang akhirnya secara resmi mengumumkan beberapa film tersebut, sekaligus memperkenalkan sineas beserta jajaran cast-nya.
Menurut saya, ada plus-minus antara keyakinan sekaligus keraguan terhadap proyek film-film tersebut, meski saya hanya menempatkan diri sebagai audiens normie dengan pengetahuan terbatas akan dunia komik superhero. Hal itu erat kaitannya dengan peran para pihak studio terhadap berbagai kontroversi yang pernah dilakukan sebelumnya.Â
Beberapa Film yang Bakal Diantisipasi
Film Black Widow yang dibintangi oleh Scarlett Johansson sebagai Natasha Romanoff tentu saja telah lama diharapkan serta dinanti-nantikan oleh fans, sebagai karakter superhero wanita yang disegani, meski perannya tidaklah terlalu dominan dalam beberapa film MCU. Filmnya akan hadir pada 1 Mei 2020, meski mungkin saja kisahnya berupa prekuel, mengingat karakter tersebut diperlihatkan telah mati di film Endgame.
Sekuel Doctor Strange yang dibubuhi sub judul in the Multiverse of Madness tentunya semakin menambah penasaran akan dunia superhero yang penuh hal mistis tersebut. Bennedict Cumberbatch kembali sebagai Stephen Strange, serta sineas Scott Derrickson kembali sebagai sutradara, yang nantinya akan mengkoneksikan karakter Scarlet Witch yang diperankan Elizabeth Olsen melalui serial dalam saluran digital Disney+, yakni WandaVision.
Jaringan tersebut juga bakal merilis serial Hawkeye yang kembali diperankan oleh Jermy Renner, juga serial Loki yang masih dibintangi Tom Hiddleston, serta sebuah serial animasi dengan berbagai kisah berupa alternatif dari superheroes universe, yakni WHAT IF...?.
Meski posisi karakter Falcon sepertinya menggantikan Captain America di akhir cerita Endgame, namun kelanjutan kisah yang akan dibuatkan serialnya berjudul The Falcon and the Winter Soldier melalui Disney+ agak aneh bagi saya, sekalipun jika memang ada dalam sumber komiknya, dirasa kurang menarik. Mungkin salah satu taktik dagang Disney yang sengaja melanjutkan kisahnya dalam format serial melalui jaringan digital.
Tampaknya antisipasi besar melalui Disney+ yakni serial Moon Knight, meski selain itu ada serial She-Hulk, yang sama-sama akan tayang di 12 November mendatang.  Kejutan datang ketika aktor peraih Oscar, Mahershala Ali bakal didapuk sebagai Blade yang akhirnya masuk ke dalam MCU. Meski bukan merupakan kejutan signifikan, saya tidak bisa mengomentari apakah filmnya bakal di-reboot atau dijadikan sekuel bahkan prekuel, semenjak kesuksesan trilogi sebelumnya yang dibintangi oleh Wesley Snipes saat masih bernaung dalam New Line Cinema.
Menarik, sebagai Pendatang Baru!
Yang paling menarik juga diperkenalkan karakter baru bernama Shang-Chi bagi audiens normie, melalui film berjudul Shang-Chi and the Legend of Ten Rings. Fans MCU pasti sudah tahu koneksinya dengan film Iron Man pertama dan ketiga tentang organisasi teroris The Ten Rings dan karakter antagonis bernama Mandarin, walau dalam komik, karakter Shang-Chi merupakan putera dari Fu Manchu.
Karakter jagoan beladiri tersebut diperankan oleh pendatang baru, aktor Chinese-Canadian bernama Simu Liu, sedangkan Mandarin diperankan oleh aktor senior Hongkong, Tony Leung. Seperti halnya film Black Panther (2018), Shang-Chi juga merupakan jawaban atas 'rengekan' para SJW terhadap isu representasi etnik akan peran utama dalam franchise populer.
Asalkan saja media barat jangan membuat narasi lebay seperti halnya Black Panther, karena melalui sub genre martial arts, sudah ada Bruce Lee, Jackie Chan dan Jet Li meski bukan melalui komik superhero. Oh ya, Black Panther 2 juga akan tayang di tahun 2022 mendatang.
Agak Skeptis, Namun Okelah ...
Begitu pula dengan film The Eternals yang akan tayang di 6 November 2020, dengan dua bintang senior Angelina Jolie dan Salma Hayek. Selebihnya saya kurang familiar dengan jajaran cast lain yang sudah pasti begitu beragam secara etnik, sehingga Disney terkesan memberikan jawaban sesuai dengan apa yang diteriaki oleh para SJW terhadap pentingnya diversity.
Para karakter protagonis The Eternals sendiri merupakan sekumpulan spesies menyerupai manusia yang turut berperan dalam proses evolusi mahluk hidup di Bumi, sedangkan pihak ras alien yang saling bertentangan antara Celestials dan Deviants, tampaknya menjadi narasi dasar akan premis komiknya itu sendiri. Kita lihat saja seberapa bagusnya film tersebut.
Rasa Pesimis dan Bakal Kontroversial TentunyaÂ
Nah, ini dia dua poin terakhir yang membuat cringe (ngeri) tanpa ada sedapnya sedikitpun, yakni franchise film Thor yang tidak lagiberwujud pria yang diperankan Chris Hermsworth, yang mungkin hanya kebagian porsi kecil, namun Thor versi wanita dari alter-ego karakter bernama Jane Foster yang kembali diperankan Natalie Portman!
Sineas yang juga pernah menggarap Thor : Ragnarok (2017), Taika Waititi langsung berkicau melalui akun Twitter-nya yakni @TaikaWaititi untuk mengumumkan peran Portman sebagai Thor, yang kemudian ditanggapi oleh akun bernama @evaandheriud dengan mengatakan : "completely normal and makes sense that when Thor is a man he is Thor and when Thor is a woman she is Female Thor." Lalu keesokan harinya, 22 Juli 2019, Waititi langsung meresponnya dengan mengatakan "Correction. She's called Mighty Thor".
Sah-sah saja Waititi berkicau demikian, karena sesuai dengan sumber asli komiknya itu sendiri, namun hal tersebut diekspos oleh sejumlah media besar, sehingga berita tersebut menjadi sebuah "woke" yang dianggap sebagai kontroversi. Belum lagi aktris Tessa Thompson yang mengkonfirmasikan karakter Valkyrie adalah seorang lesbian dan biseksual dalam film tersebut, yang mengisahkan pencarian seorang "Ratu" ketika Valkyrie telah menjadi Raja Asgard.
Dari judul filmnya, yakni Thor : Love and Thunder dirasakan cukup menggelikan sekaligus menggelitik, bagaikan sebuah puisi asmara layaknya balada lagu rock era 80'an atau 90'an! Belum lagi tipografi dan warnanya yang sekilas mengingatkan saya akan serial animasi Thundercats. Saya sangat ragu film tersebut bakal meraih sukses seperti tiga film Thor terdahulu.
Yang terakhir dan tak kalah kontroversialnya yakni, pengumuman serial Ms. Marvel melalui Disney+. Film yang memperkenalkan karakter bernama Kamala Khan tersebut, yang dijalankan oleh Bisha K. Ali. Siapakah dia? Seperti yang dilansir oleh cosmicbook.news, seorang jurnalis The Washington Post bernama Douglas Ernst, menginvestigasi profil mengenai Ali, dan menemukan bahwa Ali telah menghapus ribuan tweet-nya.
Intinya Ernst menunjukkan dan mengindikasikan bahwa Ali sebagai seorang aktivis, seorang far left (atau bisa dikatakan SJW). Jadi, menurut cosmicbook.news, ada kemiripan pola dengan Brie Larson yang kontroversial melalui film Captain Marvel-nya. Menurut saya wajar, mengingat Ms. Marvel pasti terkoneksi dengan Captain Marvel.
Meski kedua karakter tersebut memang diadaptasi dari komiknya sendiri, namun tampaknya Marvel Studios mulai mempopulerkan adaptasi komik modern, salah satunya berupa gender swap (pertukaran gender) terhadap karakter superhero populer. Isu terbesarnya: apakah hal tersebut memang menarik? Apakah fans banyak yang minta? Apakah komiknya sendiri laku di pasaran?
Itulah beberapa poin yang boleh dibilang tidak ada sesuatu signifikan akan antisipasi terhadap karakter besar atau populer. Meski boleh diargumentasikan sebagai wajah baru MCU, yang terpenting adalah : (sekali lagi) apakah filmnya bakal menarik dan bagus, serta layak sebagai hiburan yang memorable?
Berkat agenda politik identitas, kita semua bisa menjadi saksi sejarah, terlepas dari kesuksesan finansial dan penilaian kritik (dalam hal ini media) : seberapa penting film-film seperti Captain Marvel (2019), Star Wars : The Last Jedi (2017), Ghostbusters (2016) di mata fans dan audiens? Seberapa besar pula antusiasme terhadap film Terminator : Dark Fate (2019) dan Bond 25?
Saya bukanlah seorang seksis, misoginis atau bahkan rasialis. Saya hanya ingin diberikan sebuah tontonan yang dirasa bagus, terutama dari storytelling dan character arc, tanpa peduli gender dan diversity, melalui sebuah franchise populer yang setia dengan 'mitologi' dalam dunia fiktifnya.
Sumber referensi :
1. Â Â Â Â SDCC 2019 : All of the Marvel Studios News Coming Out of Hall H at San Diego Comic-Con
2. Â Â Â Â Marvel Proudly Presents Thor
3. Â Â Â Â Thor 4 : Natalie Portman will play Thor. Wow! Wait. What?
4. Â Â Â Â Thor 4 : Love and Thunder : Natalie Portman, female Thor, LGBTQ plot details, release date and more
5. Â Â Â Â D23 Expo 2019 : Recap of Everything Marvel at D23 Expo
6. Â Â Â Â Ms. Marvel Showrunner Bisha K. Ali Deletes Controversial Tweets
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H