Sineas yang juga pernah menggarap Thor : Ragnarok (2017), Taika Waititi langsung berkicau melalui akun Twitter-nya yakni @TaikaWaititi untuk mengumumkan peran Portman sebagai Thor, yang kemudian ditanggapi oleh akun bernama @evaandheriud dengan mengatakan : "completely normal and makes sense that when Thor is a man he is Thor and when Thor is a woman she is Female Thor." Lalu keesokan harinya, 22 Juli 2019, Waititi langsung meresponnya dengan mengatakan "Correction. She's called Mighty Thor".
Sah-sah saja Waititi berkicau demikian, karena sesuai dengan sumber asli komiknya itu sendiri, namun hal tersebut diekspos oleh sejumlah media besar, sehingga berita tersebut menjadi sebuah "woke" yang dianggap sebagai kontroversi. Belum lagi aktris Tessa Thompson yang mengkonfirmasikan karakter Valkyrie adalah seorang lesbian dan biseksual dalam film tersebut, yang mengisahkan pencarian seorang "Ratu" ketika Valkyrie telah menjadi Raja Asgard.
Dari judul filmnya, yakni Thor : Love and Thunder dirasakan cukup menggelikan sekaligus menggelitik, bagaikan sebuah puisi asmara layaknya balada lagu rock era 80'an atau 90'an! Belum lagi tipografi dan warnanya yang sekilas mengingatkan saya akan serial animasi Thundercats. Saya sangat ragu film tersebut bakal meraih sukses seperti tiga film Thor terdahulu.
Yang terakhir dan tak kalah kontroversialnya yakni, pengumuman serial Ms. Marvel melalui Disney+. Film yang memperkenalkan karakter bernama Kamala Khan tersebut, yang dijalankan oleh Bisha K. Ali. Siapakah dia? Seperti yang dilansir oleh cosmicbook.news, seorang jurnalis The Washington Post bernama Douglas Ernst, menginvestigasi profil mengenai Ali, dan menemukan bahwa Ali telah menghapus ribuan tweet-nya.
Intinya Ernst menunjukkan dan mengindikasikan bahwa Ali sebagai seorang aktivis, seorang far left (atau bisa dikatakan SJW). Jadi, menurut cosmicbook.news, ada kemiripan pola dengan Brie Larson yang kontroversial melalui film Captain Marvel-nya. Menurut saya wajar, mengingat Ms. Marvel pasti terkoneksi dengan Captain Marvel.
Meski kedua karakter tersebut memang diadaptasi dari komiknya sendiri, namun tampaknya Marvel Studios mulai mempopulerkan adaptasi komik modern, salah satunya berupa gender swap (pertukaran gender) terhadap karakter superhero populer. Isu terbesarnya: apakah hal tersebut memang menarik? Apakah fans banyak yang minta? Apakah komiknya sendiri laku di pasaran?
Itulah beberapa poin yang boleh dibilang tidak ada sesuatu signifikan akan antisipasi terhadap karakter besar atau populer. Meski boleh diargumentasikan sebagai wajah baru MCU, yang terpenting adalah : (sekali lagi) apakah filmnya bakal menarik dan bagus, serta layak sebagai hiburan yang memorable?
Berkat agenda politik identitas, kita semua bisa menjadi saksi sejarah, terlepas dari kesuksesan finansial dan penilaian kritik (dalam hal ini media) : seberapa penting film-film seperti Captain Marvel (2019), Star Wars : The Last Jedi (2017), Ghostbusters (2016) di mata fans dan audiens? Seberapa besar pula antusiasme terhadap film Terminator : Dark Fate (2019) dan Bond 25?
Saya bukanlah seorang seksis, misoginis atau bahkan rasialis. Saya hanya ingin diberikan sebuah tontonan yang dirasa bagus, terutama dari storytelling dan character arc, tanpa peduli gender dan diversity, melalui sebuah franchise populer yang setia dengan 'mitologi' dalam dunia fiktifnya.