Sebaliknya, beberapa anak justru menambah suku kata pada sebuah kata saat kata membaca. Misalnya kata "main" ditambah suku kata menjadi "memain". Kata "batu" ditambah awalan "ke" menjadi"kebatu".
6. Sulit membedakan huruf yang bentuknya mirip
Huruf b dan d, p dan q, atau m dan n memiliki bentuk yaang hampir sama. Anak disleksia mudah bingung membedakan huruf-huruf tersebut saat membaca. Misalnya, kata "badut" dibaca "dadut" karena b dan d tertukar.
7. Tidak lancar membaca teks
Akan disleksia membaca dengan terputus-putus dan tidak pernah lancar. Mereka sering berhenti ditengah kalimat atau berpikir. Kecepatan membaca anak disleksia juga lebih lambat dibandingkan anak-anak seusianya.
8. Kesulitan memahami bacaan
Akibat kesulitan membaca di atas, anak disleksia mengalami masalah dalam memahami makna keseluruhan teks tulis. Mereka juga mudah lupa isi bacaan karena terlalu fokus pada kesulitan membaca kata per kata.
9. Membeci aktifitas membaca
Banyak anak disleksia yang menghindari membaca karena dianggap sebagai aktivitas yang membosankan dan melelahkan. Mereka enggan membaca bukupelajaran maupun buku cerita karena frustasi dengan kesulitan yang dialami.
10. Rendah diri dan putus asa
Kesulitan membaca yang berlarut dapat memicu perasaan rendah diri dan putus asa pada anak disleksia. Mereka merasa bodoh dan malu karena tidak mampu membaca lancar seperti teman-temannya. Padahal sebenarnya mereka tidak bodoh, hanya mengalami fungsi otak dalam memproses bahasa tulis.