Mohon tunggu...
Dendi Pribadi Pratama
Dendi Pribadi Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Akademisi/Mahasiswa

Mahasiswa dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung | Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Saya adalah seorang pengamat politik dan penikmat produk pemerintah.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kecemasan Gen Z Menumpuk di Bursa Kerja

27 Juli 2024   12:21 Diperbarui: 27 Juli 2024   12:25 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis: Dendi Pribadi P, Mahasiswa Administrasi Publik UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Generasi Z, atau yang dikenal sebagai Gen Z, merujuk pada individu yang lahir setelah tahun 1996. Saat ini, mereka mulai memasuki dunia kerja, namun banyak dari mereka yang merasakan kecemasan terkait dengan peluang pekerjaan dan stabilitas karir. Usia produktif seharusnya membuat Gen-Z semakin mudah untuk mendapat pekerjaan. Namun faktanya tidak demikian, sebagian besar Gen-Z justru sulit mendapatkan pekerjaan.

Banyak faktor yang memicu kecemasan Gen Z di bursa kerja. Salah satunya adalah persaingan yang semakin ketat untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan proses birokrasi administrasi yang rumit. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka pada pemuda usia 15-24 tahun di Indonesia mencapai 16,87% pada Agustus 2022. 

Menurut survei Cigna International Health 2023, sekitar 91% pekerja berusia 18 hingga 24 tahun mengalami stres, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata 84% dari populasi umum. Dari jumlah tersebut, 23% mengalami stres yang tidak terkendali, dan 98% melaporkan gejala kelelahan. Hal ini menunjukkan bahwa Gen Z adalah kelompok yang paling rentan terhadap stres di dunia kerja saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa persaingan untuk mendapatkan pekerjaan semakin ketat bagi generasi muda.

Faktor Penyebab Kecemasan, seperti:

  • Tekanan dari Media Sosial: Media sosial sering kali menampilkan kehidupan yang ideal dan sukses, yang dapat membuat anggota Gen Z merasa tidak memadai atau tertinggal. Perbandingan sosial ini dapat meningkatkan kecemasan, terutama jika mereka merasa tidak mencapai standar tersebut.
  • Birokrasi yang Rumit: Proses birokrasi yang rumit dalam perekrutan kerja, seperti prosedur yang panjang dan persyaratan dokumen yang berlebihan, sering kali menjadi sumber kecemasan bagi Gen Z. Ketidakpastian dan waktu tunggu yang lama untuk mendapatkan kepastian kerja dapat menyebabkan stres dan perasaan tidak aman. Hal ini dapat menghambat semangat mereka dan menimbulkan perasaan frustrasi yang mendalam, terutama bagi mereka yang baru pertama kali memasuki dunia kerja.
  • Kurangnya Pengalaman dan Keterampilan Praktik: Sebagai kelompok yang baru memasuki dunia kerja, banyak anggota Gen Z merasa kurang berpengalaman dan kurang memiliki keterampilan praktis yang dibutuhkan oleh pemberi kerja. Ini sering kali menyebabkan ketidakpercayaan diri dan rasa cemas.
  • Ketidakpastian Ekonomi dan Ketatnya Persaingan: Ekonomi global yang tidak stabil dan persaingan yang ketat membuat Gen Z khawatir tentang prospek pekerjaan mereka. Banyak yang merasa tidak yakin tentang masa depan mereka, mengingat banyaknya pekerja yang terampil dan berpengalaman di pasar kerja.

Beberapa ahli dari kalangan pemerintah telah memberikan pandangan mereka terkait kecemasan yang dialami oleh Gen Z di bursa kerja. 

Menteri Tenaga Kerja, Ida Fauziyah, menyatakan, "Gen Z menghadapi tantangan yang unik di dunia kerja. Mereka harus bersiap menghadapi dunia yang terus berubah, termasuk dalam hal keterampilan yang dibutuhkan. Pemerintah berkomitmen untuk mendukung mereka melalui program pelatihan keterampilan dan pendidikan vokasi."

Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Ainun Na'im, mengatakan, "Pendidikan formal bukan satu-satunya jalan menuju kesuksesan. Kami mendorong generasi muda untuk juga mengejar keterampilan praktis dan teknologi yang relevan dengan kebutuhan pasar saat ini. Ini akan membantu mereka lebih siap menghadapi persaingan di bursa kerja."

Dampak Kecemasan pada Gen Z di Bursa Kerja

  • Kinerja dan Produktivitas: Kecemasan dapat mengganggu kinerja kerja, mengurangi produktivitas, dan mempengaruhi kualitas pekerjaan. Gen Z yang cemas mungkin merasa sulit untuk berkonsentrasi atau mengambil inisiatif.
  • Kesejahteraan Mental dan Fisik: Kecemasan kronis dapat menyebabkan masalah kesehatan mental seperti depresi dan stres, serta mempengaruhi kesehatan fisik. Hal ini dapat mengakibatkan absensi atau kelelahan kerja yang berkepanjangan.
  • Ketidakstabilan Karir: Ketidakmampuan untuk mengatasi kecemasan dengan baik dapat menyebabkan ketidakstabilan karir, seperti sering berpindah pekerjaan atau bahkan menghindari tanggung jawab yang lebih besar.

Solusi dan Rekomendasi, seperti:

  • Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan: Perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya harus menyediakan pelatihan keterampilan praktis yang relevan dengan pasar kerja saat ini. Selain itu, program magang dapat memberikan pengalaman praktis yang berharga bagi Gen Z.
  • Dukungan Psikologis dan Konseling Karir: Perusahaan dan lembaga pendidikan harus menyediakan dukungan psikologis dan konseling karir untuk membantu anggota Gen Z mengelola kecemasan mereka dan merencanakan jalur karir yang realistis.
  • Pengembangan Keterampilan Sosial dan Emosional: Mengembangkan keterampilan sosial dan emosional, seperti kecerdasan emosional dan kemampuan berkomunikasi, dapat membantu Gen Z mengelola stres dan membangun hubungan kerja yang sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun