Mohon tunggu...
Dendi Pribadi Pratama
Dendi Pribadi Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Akademisi/Mahasiswa

Mahasiswa dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung | Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Saya adalah seorang pengamat politik dan penikmat produk pemerintah.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Subsidi Membuat Mental Masyarakat Indonesia Menjadi Miskin!

26 Juli 2024   14:20 Diperbarui: 26 Juli 2024   20:35 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.google.com/imgres?q=Subsidi%20membuat%20mental%20masyarakat%20miskin&imgurl=https%3A%2F%2Fakcdn.detik.net.id%2Fvisual%2F2023%2F01%2F19%2Ft

Penulis: Dendi Pribadi P, Mahasiswa Administrasi Publik UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Artikel ini membahas pengaruh subsidi terhadap mentalitas dan sikap masyarakat Indonesia. Meskipun subsidi bertujuan untuk meringankan beban ekonomi masyarakat, terutama mereka yang kurang mampu, dampak jangka panjangnya dapat menimbulkan ketergantungan dan mengurangi inisiatif individu. Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana subsidi, sebagai bentuk intervensi pemerintah, dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi daya saing individu di pasar tenaga kerja.

Subsidi sering kali menjadi topik perdebatan hangat di kalangan masyarakat dan pemerintah Indonesia. Sementara tujuan utama subsidi adalah untuk membantu masyarakat berpenghasilan rendah agar bisa memenuhi kebutuhan dasar mereka, ada pandangan yang menyatakan bahwa kebijakan ini justru membuat mentalitas masyarakat menjadi miskin dan bergantung pada bantuan pemerintah.

Mengapa Subsidi Bisa Membuat Mentalitas Miskin?

Subsidi sering kali diberikan dalam bentuk bantuan langsung atau pengurangan biaya untuk kebutuhan pokok seperti bahan bakar, listrik, dan pangan. Namun, masalahnya adalah ketergantungan yang berlebihan pada subsidi ini dapat menghambat inisiatif dan kemandirian masyarakat. Mereka menjadi terbiasa menerima bantuan tanpa harus berusaha lebih keras untuk meningkatkan taraf hidup mereka sendiri.

Mantan Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, pernah mengatakan, "Subsidi yang tidak tepat sasaran justru bisa menjadi bumerang bagi perekonomian. Kita harus mengarahkan subsidi kepada program-program yang mendorong produktivitas dan inovasi, bukan sekadar konsumsi."

Senada dengan Sri Mulyani, Wakil Presiden Ma'ruf Amin juga pernah menyampaikan pandangannya tentang subsidi. Beliau menekankan, "Pemerintah harus terus mendorong program yang meningkatkan kemandirian ekonomi masyarakat. Subsidi penting, tetapi lebih penting lagi adalah memberikan masyarakat alat dan kesempatan untuk mengembangkan potensi mereka."

Presiden Joko Widodo atau Jokowi juga telah berbicara mengenai pentingnya mengarahkan subsidi ke program-program yang lebih produktif. Dalam beberapa kesempatan, Jokowi menekankan bahwa bantuan pemerintah seharusnya tidak membuat masyarakat malas, melainkan membantu mereka untuk lebih mandiri. "Subsidi harus diarahkan untuk memperkuat kemampuan dan kemandirian masyarakat, bukan membuat mereka terus-menerus bergantung pada pemerintah," ujar Jokowi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa subsidi dapat menciptakan rasa aman palsu bagi masyarakat. Banyak penerima subsidi merasa tidak perlu berusaha lebih keras untuk meningkatkan kesejahteraan mereka karena merasa cukup dengan bantuan yang diberikan pemerintah. Selain itu, subsidi juga dapat mengurangi insentif untuk bekerja lebih keras atau meningkatkan keterampilan, karena manfaat ekonomi dari peningkatan tersebut tidak sebanding dengan risiko kehilangan subsidi.

Di sisi lain, subsidi juga berperan penting dalam menjaga stabilitas sosial dan ekonomi. Tanpa subsidi, banyak masyarakat berpenghasilan rendah yang mungkin akan kesulitan memenuhi kebutuhan dasar mereka. Oleh karena itu, perdebatan mengenai subsidi harus mempertimbangkan keseimbangan antara kebutuhan untuk mendukung yang kurang mampu dan dorongan untuk mengembangkan kemandirian ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun