Mohon tunggu...
Denda Anggraini Dwi P.S
Denda Anggraini Dwi P.S Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

“ if you can dream it,you can do it”

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tahapan Psikososial Erikson dan Pengaruhnya terhadap Pembentukan Karakter Anak

26 November 2024   07:15 Diperbarui: 26 November 2024   07:19 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

**Tahapan Psikososial Erikson dan Pengaruhnya terhadap Pembentukan Karakter Anak**

Teori perkembangan psikososial Erik Erikson mengemukakan bahwa sepanjang kehidupan, individu menghadapi serangkaian tantangan atau krisis yang berhubungan dengan pertumbuhan emosional dan sosial. Setiap tahap perkembangan ini berpengaruh besar pada pembentukan karakter seseorang. 

Dalam konteks anak-anak, pemahaman terhadap tahapan psikososial ini dapat memberikan wawasan penting tentang bagaimana lingkungan, interaksi sosial, dan pengalaman membentuk kepribadian mereka. Berikut adalah penjelasan mengenai tahapan psikososial Erikson dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi karakter anak.

### 1. **Kepercayaan vs. Ketidakpercayaan (Tahap Infansi: 0-1 tahun)**  
Pada tahap ini, bayi mengembangkan rasa kepercayaan atau ketidakpercayaan terhadap dunia di sekitar mereka, yang sangat dipengaruhi oleh perhatian dan kasih sayang yang diberikan oleh pengasuh mereka. 

Jika kebutuhan dasar mereka (makanan, kenyamanan, perhatian) terpenuhi secara konsisten, mereka akan merasa aman dan percaya pada dunia. Sebaliknya, jika kebutuhan ini diabaikan atau tidak terpenuhi dengan baik, mereka bisa mengembangkan rasa ketidakpercayaan yang mendalam, yang bisa mempengaruhi hubungan sosial dan emosional mereka di masa depan.

### 2. **Otonomi vs. Rasa Malu dan Keraguan (Tahap Balita: 1-3 tahun)**  
Pada tahap ini, anak mulai mengembangkan kemandirian dan belajar untuk membuat keputusan kecil, seperti memilih pakaian atau makanan. Dukungan orang tua yang memberi kebebasan, namun tetap membimbing dengan bijak, memungkinkan anak untuk merasa percaya diri dan mandiri. 

Jika orang tua terlalu mengontrol atau menghukum, anak bisa merasa malu dan ragu terhadap kemampuan dirinya. Proses ini sangat mempengaruhi karakter anak dalam hal rasa percaya diri dan kemandirian mereka di masa depan.

### 3. **Inisiatif vs. Rasa Bersalah (Tahap Anak Usia Dini: 3-6 tahun)**  
Anak mulai menunjukkan minat untuk memimpin, berinisiatif, dan mengeksplorasi dunia sekitar mereka. Jika orang tua atau pengasuh memberi dukungan terhadap eksplorasi ini dan tidak menghukum secara berlebihan, anak akan berkembang dengan rasa inisiatif yang tinggi. 

Sebaliknya, jika inisiatif anak selalu ditekan atau diikuti dengan rasa bersalah, anak bisa merasa takut untuk mengambil risiko dan mengeksplorasi dunia mereka. Ini berdampak pada rasa percaya diri dan keberanian untuk menghadapi tantangan.

### 4. **Industri vs. Inferioritas (Tahap Sekolah Dasar: 6-12 tahun)**  
Anak mulai menghadapi tantangan di sekolah, berinteraksi dengan teman sebaya, dan mengembangkan keterampilan baru. Jika anak merasa mampu dalam tugas yang diberikan dan dihargai atas usahanya, mereka akan mengembangkan rasa kompetensi dan percaya diri. 

Namun, jika mereka merasa gagal atau kurang mampu dibandingkan teman-teman mereka, rasa inferioritas dapat berkembang. Tahap ini sangat memengaruhi bagaimana anak melihat diri mereka dalam konteks sosial dan seberapa besar rasa percaya diri mereka dalam menghadapi tugas atau tantangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun