Mohon tunggu...
Denda Anggraini Dwi P.S
Denda Anggraini Dwi P.S Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

“ if you can dream it,you can do it”

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penerapan Scaffolding Pada Anak Usia Sekolah Dasar

19 November 2024   06:40 Diperbarui: 19 November 2024   06:49 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Scaffolding adalah suatu metode atau pendekatan dalam pendidikan yang merujuk pada dukungan atau bantuan yang diberikan kepada anak saat mereka belajar tugas yang lebih sulit atau kompleks daripada yang dapat mereka selesaikan sendiri. Tujuan dari scaffolding adalah untuk membantu anak mencapai potensi maksimal mereka dengan menyediakan tingkat dukungan yang tepat, yang kemudian akan dikurangi seiring dengan meningkatnya kemampuan anak.

Pada anak usia sekolah dasar, scaffolding dapat diterapkan dengan berbagai cara yang sesuai dengan tahap perkembangan mereka. Beberapa contoh penerapan scaffolding pada anak usia sekolah dasar adalah sebagai berikut:

1. Instruksi Langsung dan Penjelasan
Saat anak belajar konsep baru, seperti dalam matematika atau bahasa, guru atau orang tua dapat memberikan penjelasan yang jelas dan langkah demi langkah. Misalnya, ketika mengajarkan anak cara mengerjakan soal perkalian, guru bisa menjelaskan terlebih dahulu konsep dasar perkalian dan memberikan contoh sederhana sebelum anak diminta mencoba sendiri.

2. Memberikan Contoh atau Model (Modeling)
Pada tahap awal pembelajaran, guru atau orang tua bisa memberikan contoh tentang bagaimana melakukan suatu tugas atau aktivitas. Misalnya, saat mengajarkan cara menulis esai atau membuat laporan, guru bisa menunjukkan bagaimana menyusun paragraf pembuka, isi, dan kesimpulan secara jelas.

3. Pertanyaan Terbuka dan Pengarahan
Guru dapat menggunakan pertanyaan terbuka untuk membantu anak berpikir lebih dalam. Misalnya, dalam pembelajaran membaca, guru bisa bertanya, "Apa yang kamu pikirkan tentang karakter ini?" atau "Mengapa kamu kira dia bertindak seperti itu?" Pertanyaan seperti ini mendorong anak untuk menghubungkan pengetahuan baru dengan apa yang mereka sudah ketahui, serta mengembangkan pemikiran kritis.

4. Memberikan Petunjuk atau Clue
Jika anak kesulitan memecahkan masalah, guru atau orang tua dapat memberikan petunjuk atau clue yang mengarah ke jawaban. Misalnya, dalam matematika, jika anak kesulitan dengan soal cerita, guru bisa memberi petunjuk seperti, "Coba perhatikan informasi yang diberikan dalam soal ini, apa yang kita ketahui?" Hal ini membantu anak memecah masalah menjadi bagian-bagian yang lebih mudah dikelola.

5. Penggunaan Alat atau Sumber Daya
Scaffolding juga bisa melibatkan penggunaan alat atau sumber daya yang membantu anak dalam menyelesaikan tugas. Misalnya, dalam mengajar matematika, anak bisa diajari cara menggunakan kalkulator atau tabel perkalian untuk membantu mereka lebih memahami konsep yang sedang dipelajari.

6. Pemberian Waktu dan Kesempatan untuk Berlatih
Memberikan anak kesempatan untuk berlatih secara mandiri dengan pengawasan yang memadai juga merupakan bentuk scaffolding. Misalnya, setelah mengajarkan suatu konsep, guru bisa memberikan latihan soal atau tugas yang memungkinkan anak untuk mencoba sendiri, sementara tetap ada dukungan jika diperlukan.

7. Memberikan Umpan Balik Positif dan Konstruktif
Pemberian umpan balik yang membangun sangat penting dalam scaffolding. Anak yang mendapatkan umpan balik yang positif dan konstruktif, seperti "Bagus, kamu sudah hampir benar. Coba lihat lagi langkah kedua," merasa lebih percaya diri dan termotivasi untuk terus belajar.

8. Mengurangi Dukungan Secara Bertahap (Fading)
Seiring dengan berkembangnya keterampilan dan pemahaman anak, dukungan yang diberikan akan secara bertahap dikurangi. Misalnya, jika seorang anak sudah mulai memahami cara menjawab soal matematika tanpa bantuan, guru bisa mengurangi bantuan langsung dan memberi mereka ruang untuk mencoba lebih banyak secara mandiri.

Penerapan Scaffolding pada Anak Usia Sekolah Dasar
Pada anak usia sekolah dasar, scaffolding sangat penting untuk membantu mereka mengembangkan keterampilan kognitif yang lebih kompleks. Anak-anak pada usia ini sedang belajar untuk mengatur diri mereka sendiri, berpikir secara lebih logis, dan memecahkan masalah yang lebih rumit. Melalui scaffolding, mereka dapat memperoleh keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat perkembangan yang lebih tinggi, sambil merasa didukung dan termotivasi.

Secara keseluruhan, scaffolding yang efektif pada anak usia sekolah dasar memberikan keseimbangan antara memberikan cukup dukungan untuk membantu anak mengatasi tantangan, namun juga memberi mereka ruang untuk berkembang dan belajar secara mandiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun