Mohon tunggu...
Agus Riyanto
Agus Riyanto Mohon Tunggu... -

Baru-baru saja, beIum Iama ini. Tersangka korupsi, tapi buktinya sedang dicari. "aku yang begini ini, ternyata unik n istimewa: Indonesia tiada duanya..!"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Siapa mau Anu-nya, tinggaI tuIis

30 April 2011   19:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:13 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Aku terlanjur dengar, bahwa ia bernama Dewi titik-titik. Titik-titik belum diisi, menunggu sampai jelas benar. Kudengar pula, matanya selalu tertutup. Tangan kanannya menghunus pedang, sementara tangan yang satu lagi menenteng sesuatu. Sesuatu itu mengingatkanku isi dalam kotak kaca para pedagang emas di emperan toko. Seingatku, mereka menyebutnya dengan timbangan atau neraca. Tetangga rumah, mungkin, akan beda lagi memberi nama untuk alat tera itu.
Sumpah, aku jadi penasaran. Kubuang rasa malu untuk mencari tahu. "Sudah kusampaikan, kawan. Dia menyambut senang, dan sedia berkenalan. Salam kembali untukmu". Bahkan katanya, siapa pun dipersilakan dan memang sudah seharusnya dekat-dekat dia. Wow, siapa tak gumbira membaca SMS begini?
Tetangga sekampung memanggilnya Dewi Anu. Anu? Selidik punya sidik, ternyata titik-titik di belakang nama Dewi menjadi ruang publik. Anu hanya simboI kata terbuka, artinya ia bisa diganti bebas oIeh siapa saja dengan namanya. Jika Daim menghendaki, dia boIeh memanggiI Dewi Anu menjadi Dewi Daim. Tapi jangan coba-coba  Dewi Partai, Dewi SARA...Akhh, diam-diam ada rasa tidak terima. "Hanya namaku saja yg berhak berada di belakang namanya!"

Aku menyaksikan, mereka tidak canggung lagi mengakuinya sebagai idaman seluruh. Aku bergemuruh.
"Bukalah mata, dan lihat di sekeliling kalian. Katakan padaku, hidup itu indah bukan? Mendengar harmoni adalah kebahagiaan bagiku. Maka, biarkan aku saja yang tutup mata. Agar tak ragu, saat harus mengingatkan siapa pun dia, mengganggu keseimbangan kehidupan! Karena aku tak ingin mendengar kesedihan" Perempuan gagah, batinku.
Aku yang terlanjur dengar, aku yang penasaran dan yang telah mengenalnya. Aku yang tak lagi malu bertanya: akan kuletakkan dimana rindu-rinduku? Kawan, kabarkan pada semua bahwa aku mencintainya. "Seperti kau, semua mencintainya. Nyanyikan lagu cinta untuknya, dia akan nampak di depan kita!"

Dewi Anu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun