Mohon tunggu...
Denaya RatuFelisha
Denaya RatuFelisha Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa Jurnalistik Unpad

Saya mempunya hobi travelling dan membuat video serta tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menyikapi Putusan MA Pilkada

7 Juli 2024   08:47 Diperbarui: 7 Juli 2024   08:51 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyikapi Putusan MA Pilkada Mahkamah tertinggi di Indonesia, Mahkamah Agung (MA),
kembali menjadi sorotan publik dengan putusannya mengenai Pemilihan Kepala Daerah
(Pilkada). Opini masyarakat terhadap batas usia ramai dibincangkan oleh publik serta menuai
beberapa kritik dari masyarakat, selain itu demokrasi dan sistem peradilan di Indonesia, serta hasil pemilu daerah itu sendiri, terpengaruh oleh keputusan ini. Mengingat hal ini, penting
untuk mempertimbangkan bagaimana keputusan tersebut berdampak pada demokrasi dan
bagaimana membuat sistem pemilu daerah lebih kuat di masa depan.

Reaksi terhadap keputusan Mahkamah Agung yang membatalkan hasil pilkada di berbagai
daerah berbeda-beda. Di satu sisi, putusan ini dipandang sebagai bukti bahwa sistem hukum
masih mampu menegakkan supremasi hukum dan memperbaiki kesalahan dan pelanggaran
yang terjadi sepanjang proses Pilkada. Namun, terdapat kekhawatiran bahwa pilihan tersebut
merupakan cerminan dari ketidakpastian dan ketidakstabilan proses pemilu, sehingga dapat
menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga demokrasi.

Apapun pendapat hukumnya, harus menjunjung kesetaraan dan transparansi. Setiap
pernyataan Mahkamah Agung harus didukung dengan argumentasi yang kuat dan berpegang
pada prosedur hukum yang berlaku. Setiap keputusan harus mempunyai justifikasi yang dapat dijelaskan kepada publik, meskipun keputusan tersebut mempunyai akibat yang tidak
diinginkan seperti penurunan kinerja yang signifikan. Mahkamah Agung dapat memanfaatkan peningkatan transparansi ini untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap sistem peradilan.

Putusan MA juga menyoroti tantangan yang dihadapi dalam menegakkan integritas dan
standar moral Pilkada. Permasalahan seperti politik mata uang, opini publik yang berubah-
ubah, dan intimidasi terhadap karyawan menjadi permasalahan serius yang perlu diatasi.
Dalam kaitan ini, tindakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu
(Bawaslu) sangat mencurigakan. Untuk memastikan setiap kasus ditangani dengan integritas dan proses hukum dijalankan secara efektif, kedua organisasi ini harus saling berkolaborasi.

Putusan Mahkamah Agung ini hendaknya memberikan dorongan bagi seluruh pemangku
kepentingan untuk melakukan penilaian menyeluruh terhadap sistem pemilu daerah di
Indonesia. Untuk menjamin bahwa setiap tahapan pemilu daerah dilaksanakan secara jujur,
adil, dan transparan, mungkin diperlukan reformasi yang lebih luas. Meningkatkan teknologi pemungutan suara dan penghitungan suara, misalnya, mungkin merupakan salah satu cara untuk mengurangi kemungkinan penipuan.

Tujuan utama setiap sistem demokrasi adalah untuk melaksanakan dan mewakili keinginan
rakyat. Oleh karena itu, membangun dan menjaga kepercayaan publik sangatlah penting.
Untuk menjamin suara rakyat diakui dan dihormati secara tulus, maka setiap lembaga peserta Pilkada harus beroperasi dengan integritas dan transparansi setinggi-tingginya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun