Mohon tunggu...
Denata
Denata Mohon Tunggu... Wiraswasta - wiraswasta

perempuan cerdas tidak hanya harus berpendidikan namun juga mampu menggunakan logika dan rasionalitas dalam menyingkapi sebuah isu. Broaden knowledge and be critical

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Menjauhkan Sikap Destruktif dengan Memaafkan dan Meminta Maaf

13 Mei 2021   18:39 Diperbarui: 13 Mei 2021   18:45 1130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar familyradio316.com

Lebaran memang erat sekali dengan meminta maaf dan memberi maaf, dimana keduanya bukanlah hal yang mudah dilakukan. Dalam kehidupan sehari-hari, sebagai manusia yang jauh dari kata sempurna, ada saja perbuatan yang tidak berkenan, bahkan menyakiti hati orang di sekitar kita. Sakit hati jika dibiarkan akan menjadi amarah, dendam dan benci. Hal ini nantinya dapat mengarahkan kita pada sikap destruktif yang merugikan diri sendiri dan orang lain.

Rasa sakit yang dibiarkan terus tumbuh juga akan menimbulkan dampak psikologis dan fisik pada diri sendiri. Yang artinya, perasaan negatif pada diri kita, dapat memicu stress dan membahayakan kesehatan. Karenanya, dibutuhkan suatu cara untuk menghapus kesalahan yang dilakukan kepada sesama manusia.

Disinilah pentingnya kita belajar memaafkan, saat orang lain berbuat kesalahan. Saat kita berbuat salah kepada orang lain, kita belajar untuk meminta maaf. Memaafkan dan dimaafkan merupakan proses untuk menghentikan perasaan negatif dari diri kita dan orang lain.

Memaafkan 

sumber gambar familyradio316.com
sumber gambar familyradio316.com

Memaafkan kadang memang terasa berat. Jika kita termasuk yang sulit untuk memaafkan, biasanya kita adalah orang yang paling terluka. Memaafkan adalah sebuah proses, setiap orang memiliki prosesnya masing-masing, sehingga tidak bisa dipukul rata. Semakin dalam sakit hati seseorang, biasanya akan semakin membutuhkan waktu untuk memaafkan.

Kita diciptakan dengan kebaikan di dalam diri masing-masing. Dengan menyadari bahwa betapa kecilnya manusia di mata Allah, maka kita akan sadar bahwa tidak ada manusia yang hidup tanpa kesalahan. Ada saatnya ketika kita sampai pada batas dimana kebencian tidak terelakkan lagi, ada kalanya kita menjadi sangat marah kepada orang yang menyakiti. Tapi perlu menjadi renungan, dengan marah dan membenci orang yang menyakiti kita, apakah kita mendapatkan kelegaan dan kebahagian? Jawabannya tentu saja tidak, karena yang kita dapat hanyalah rasa sakit baik secara mental ataupun fisik.

Selama diri kita sedang menjalani proses memaafkan, akan banyak rasa tidak nyaman muncul. Meskipun berat, namun rasa memaafkan ini harus dihadapi dan dikelola. Bagaimanapun juga, memaafkan menjauhkan diri kita dari perilaku buruk. Disamping itu, dengan memaafkan kita dapat menikmati hidup yang lebih bahagia dan sehat secara lahir batin.

Memaafkan adalah kejujuran yang paling sederhana, dimana kita mengakui bahwa semua manusia adalah makhluk Allah yang tidak pernah luput dari kesalahan. Jika kita telah memaafkan orang lain, maka artinya kita berhasil menciptakan hubungan yang sehat antar sesama manusia. Kita telah menciptakan ketenangan pikiran juga jiwa.

Di dalam Al-Quran, Hadits maupun teladan Nabi Muhamaad Saw, memaafkan menjadi perintah yang sangat dianjurkan. Bahkan di dalam Al-Quran, memaafkan merupakan sifat mulia yang terpuji. Bisa dikatakan dengan memaafkan, maka kita membawa kedamaian dan penyembuhan baik secara emosional ataupun spiritual. Dengan kemampuan memaafkan, kita harus bersyukur karena masih diberikan kelapangan hati untuk membuka pintu maaf kepada orang lain.

Dimaafkan

sumber gambar pattiknows.com
sumber gambar pattiknows.com

Beberapa orang menilai jika meminta maaf lebih sulit dari memaafkan. Padahal sejatinya memaafkan adalah yang paling sulit dilakukan. Jika masih ada anggapan meminta maaf sesuatu hal yang sulit, maka ada gengsi dan kesombongan diri yang mendominasi. Terkadang adanya ego dan harga diri yang terlalu tinggi, juga ketakutan tidak akan dimaafkan membuat seseorang sulit untuk meminta maaf.

Padahal jika kita sadar telah melakukan kesalahan, kata yang terucap haruslah "maaf". Meskipun kita merasa tidak berbuat kesalahan, tetapi terkadang ada ucapan atau perbuatan yang tidak sengaja menyakiti perasaan orang lain, seperti kepada teman, sahabat, kolega dan keluarga. Kadang kalimat yang menurut kita lucu, tetapi tidak bagi orang lain, justru menyinggung perasaan mereka. Apalagi, tanpa disadari kita mengucapkan kalimat yang sebenarnya sangat sensitif bagi orang lain.

Memang ada kemungkinan ketika meminta maaf, kita sulit dimaafkan. Hal ini karena adanya kebencian dan amarah yang tersimpan di dalam hati. Namun, ada kemungkinan juga kita akan dimaafkan. Mungkin beberapa orang sulit untuk dimaafkan, karena mereka yang tersakiti merasa memiliki hak untuk marah. Namun, jika seseorang telah memberikan maafnya kepada kita, berarti mereka tidak lagi dikuasai perasaan negatif.

Jika niat kita adalah untuk bersikap jujur dan mengakui kesalahan, hal positif yang bisa dilakukan adalah meminta maaf. Penyesalan atas perkataan dan perbuatan yang dilakukan, serta berjanji untuk tidak mengulangi lagi, tentu akan dapat meredam amarah yang bergejolak dalam diri orang yang tersakiti. Jika kita bertanggung jawab terhadap kata maaf yang diucapkan, maka akan mengecilkan kemungkinan kita mendapat dendam dari orang lain.

Berani meminta maaf atas perkataan dan perbuatan yang menyakiti baik itu disengaja ataupun tidak, menjadi cerminan positif terhadap orang yang mungkin saja kita sakiti. Dibutuhkan jalan sosial untuk menghapus kesalahan kita, dan juga untuk memperbaiki diri. Caranya yaitu dengan meminta maaf kepada orang lain.

Bahwasanya manusia diberikan pilihan oleh Sang Pencipta, apakah kita akan membiarkan hati dipengaruhi roh jahat yang menuntun pada dendam dan amarah atau membiarkan diri kita dituntun pada kebaikan. Dari ajaran agama ataupun kebutuhkan sosial kita sebagai manusia, sangat penting menjaga interaksi yang sehat antar individu. Adanya sikap memaafkan dan dimaafkan membuktikan bahwa masih ada kebaikan dalam diri kita.

Memaafkan membutuhkan banyak kelapangan hati, kesabaran dan keikhlasan, sedangkan meminta maaf  membutuhkan keberanian dan kejujuran untuk mengakui kesalahan. Bagaimanapun juga, memaafkan jauh lebih baik daripada menyimpan rasa marah dan dendam. Memberi maaf dan meminta maaf, mungkin saja tidak akan menyembuhkan rasa sakit yang ada. Tapi memaafkan dan dimaafkan akan membuka kesempatan pada diri sendiri dan orang lain untuk membangun hubungan yang lebih baik dan terhindar dari konflik yang dapat menimbulkan perpecahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun