Dimaafkan
Beberapa orang menilai jika meminta maaf lebih sulit dari memaafkan. Padahal sejatinya memaafkan adalah yang paling sulit dilakukan. Jika masih ada anggapan meminta maaf sesuatu hal yang sulit, maka ada gengsi dan kesombongan diri yang mendominasi. Terkadang adanya ego dan harga diri yang terlalu tinggi, juga ketakutan tidak akan dimaafkan membuat seseorang sulit untuk meminta maaf.
Padahal jika kita sadar telah melakukan kesalahan, kata yang terucap haruslah "maaf". Meskipun kita merasa tidak berbuat kesalahan, tetapi terkadang ada ucapan atau perbuatan yang tidak sengaja menyakiti perasaan orang lain, seperti kepada teman, sahabat, kolega dan keluarga. Kadang kalimat yang menurut kita lucu, tetapi tidak bagi orang lain, justru menyinggung perasaan mereka. Apalagi, tanpa disadari kita mengucapkan kalimat yang sebenarnya sangat sensitif bagi orang lain.
Memang ada kemungkinan ketika meminta maaf, kita sulit dimaafkan. Hal ini karena adanya kebencian dan amarah yang tersimpan di dalam hati. Namun, ada kemungkinan juga kita akan dimaafkan. Mungkin beberapa orang sulit untuk dimaafkan, karena mereka yang tersakiti merasa memiliki hak untuk marah. Namun, jika seseorang telah memberikan maafnya kepada kita, berarti mereka tidak lagi dikuasai perasaan negatif.
Jika niat kita adalah untuk bersikap jujur dan mengakui kesalahan, hal positif yang bisa dilakukan adalah meminta maaf. Penyesalan atas perkataan dan perbuatan yang dilakukan, serta berjanji untuk tidak mengulangi lagi, tentu akan dapat meredam amarah yang bergejolak dalam diri orang yang tersakiti. Jika kita bertanggung jawab terhadap kata maaf yang diucapkan, maka akan mengecilkan kemungkinan kita mendapat dendam dari orang lain.
Berani meminta maaf atas perkataan dan perbuatan yang menyakiti baik itu disengaja ataupun tidak, menjadi cerminan positif terhadap orang yang mungkin saja kita sakiti. Dibutuhkan jalan sosial untuk menghapus kesalahan kita, dan juga untuk memperbaiki diri. Caranya yaitu dengan meminta maaf kepada orang lain.
Bahwasanya manusia diberikan pilihan oleh Sang Pencipta, apakah kita akan membiarkan hati dipengaruhi roh jahat yang menuntun pada dendam dan amarah atau membiarkan diri kita dituntun pada kebaikan. Dari ajaran agama ataupun kebutuhkan sosial kita sebagai manusia, sangat penting menjaga interaksi yang sehat antar individu. Adanya sikap memaafkan dan dimaafkan membuktikan bahwa masih ada kebaikan dalam diri kita.
Memaafkan membutuhkan banyak kelapangan hati, kesabaran dan keikhlasan, sedangkan meminta maaf  membutuhkan keberanian dan kejujuran untuk mengakui kesalahan. Bagaimanapun juga, memaafkan jauh lebih baik daripada menyimpan rasa marah dan dendam. Memberi maaf dan meminta maaf, mungkin saja tidak akan menyembuhkan rasa sakit yang ada. Tapi memaafkan dan dimaafkan akan membuka kesempatan pada diri sendiri dan orang lain untuk membangun hubungan yang lebih baik dan terhindar dari konflik yang dapat menimbulkan perpecahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H