Identitas: Budaya memberikan anak-anak rasa identitas dan belongingness. Ketika mereka merasa terhubung dengan suatu budaya, mereka lebih percaya diri dan memiliki harga diri yang tinggi.
Tantangan: Di sisi lain, keterlibatan yang terlalu dalam dalam suatu subkultur dapat juga menjadi tantangan dalam pembelajaran. Misalnya, tekanan untuk konformitas dalam kelompok dapat menghambat anak untuk mengeksplorasi minat lain atau mencapai prestasi akademik yang optimal.
Pembelajaran yang Responsif terhadap Anak Budaya
Untuk memaksimalkan potensi anak budaya dalam pembelajaran, perlu pendekatan yang tepat, yaitu:
Mengenali dan menghargai keragaman budaya: Guru perlu memahami dan menghargai keragaman budaya yang ada di kelas. Dengan begitu, mereka dapat menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan membuat semua siswa merasa diterima.
Menggabungkan minat budaya ke dalam pembelajaran: Guru dapat mengintegrasikan minat dan minat budaya siswa ke dalam materi pelajaran. Misalnya, jika ada siswa yang menyukai musik, guru dapat menggunakan musik sebagai media pembelajaran.
Memberikan kesempatan untuk berekspresi: Anak budaya perlu diberikan kesempatan untuk mengekspresikan diri melalui berbagai cara, seperti membuat karya seni, menulis, atau tampil di depan kelas.
Membangun hubungan yang kuat: Guru perlu membangun hubungan yang kuat dengan siswa, termasuk anak budaya. Dengan begitu, guru dapat lebih memahami kebutuhan dan tantangan yang mereka hadapi.
Proyek kelompok: Siswa dapat bekerja sama dalam proyek kelompok yang berkaitan dengan budaya mereka. Misalnya, membuat presentasi tentang tradisi atau tokoh penting dalam budaya mereka.
Diskusi kelas: Guru dapat memulai diskusi kelas tentang berbagai topik yang relevan dengan budaya siswa, seperti musik, film, atau isu sosial.
Kunjungan lapangan: Guru dapat membawa siswa untuk mengunjungi tempat-tempat yang berkaitan dengan budaya mereka, seperti museum, galeri seni, atau festival buday