Mohon tunggu...
Abdillah
Abdillah Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

-

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Benih Asmara di Kampus

10 Juni 2024   19:18 Diperbarui: 10 Juni 2024   21:23 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di kampus itu, di antara bangunan-bangunan tinggi dan jalanan yang ramai dengan suara langkah kaki, terdapat sebuah taman kecil yang dikelilingi oleh pepohonan hijau dan bunga-bunga yang bermekaran. Taman itu menjadi tempat yang tenang bagi para mahasiswa untuk beristirahat sejenak dari hiruk pikuk aktivitas akademis mereka.

Di salah satu sudut taman, ada seorang mahasiswa bernama Iron. Dia adalah mahasiswa baru di jurusan Sastra yang baru saja memulai perjalanannya di dunia perkuliahan. Iron adalah pemuda yang ceria, penuh semangat, dan memiliki bakat dalam menulis. Setiap hari, setelah selesai dengan kuliahnya, dia akan duduk di taman itu, mengamati sekeliling sambil menulis puisi-puisi kecil di buku catatannya.

Suatu hari, ketika matahari mulai terbenam dan warna langit berubah menjadi kemerahan, Iron bertemu dengan seorang mahasiswi lain di taman itu. Namanya Maya. Maya adalah mahasiswi semester akhir di jurusan Seni Pertunjukan. Dia memiliki kecantikan yang alami dan senyuman yang menawan. Maya juga merupakan seorang penari yang berbakat.

Awalnya, pertemuan mereka hanya sebatas sapaan ringan. Namun, seiring berjalannya waktu, mereka semakin sering bertukar cerita dan pandangan tentang berbagai hal. Iron menemukan bahwa mereka memiliki minat yang sama dalam seni dan sastra. Mereka pun mulai menghabiskan waktu bersama, berdiskusi tentang puisi, menonton pertunjukan seni bersama, dan saling menginspirasi satu sama lain.

Tak terasa, rasa persahabatan di antara mereka berubah menjadi sesuatu yang lebih dari itu. Benih asmara pun mulai tumbuh di antara mereka. Namun, keduanya enggan mengungkapkan perasaan mereka masing-masing karena takut hal itu akan merusak hubungan persahabatan yang sudah terjalin dengan baik.

Namun, suatu malam, di bawah cahaya bulan yang gemerlap, saat mereka sedang duduk di taman itu, suasana hati mereka berubah. Iron menatap Maya dengan tulus, lalu dengan berdebar-debar, dia mengungkapkan perasaannya. Maya terdiam sejenak, namun kemudian senyumnya merekah. Ternyata, Maya juga memiliki perasaan yang sama terhadap Iron.

Dari situlah, asmara di antara Iron dan Maya pun berkembang. Mereka mulai menjalin hubungan yang lebih dalam, saling mendukung dalam impian dan aspirasi masing-masing. Meskipun mereka berasal dari jurusan yang berbeda, namun cinta dan kesamaan minat dalam seni menjadi ikatan yang kuat di antara mereka.

Hingga akhirnya, di bawah naungan pepohonan yang rindang di taman kampus itu, Iron dan Maya menemukan cinta yang indah, seperti benih asmara yang tumbuh subur di antara mereka, memberikan warna baru dalam perjalanan hidup mereka di kampus itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun