Pak Haris mengangguk puas. "Bagus, duduklah." Andi tampak lega, sementara mahasiswa lain mencoba mencatat sebanyak mungkin agar tidak terjebak seperti tadi.
Bab 2: Tegang dalam Tugas
Seminggu berlalu sejak kelas pertama bersama Pak Haris. Rina dan teman-temannya semakin terbiasa dengan gaya mengajar dosen mereka yang tegas. Setiap pagi, mereka berusaha untuk datang lebih awal, membaca ulang materi sebelum kelas dimulai, dan selalu siap dengan pertanyaan yang mungkin akan dilontarkan.
Namun, tidak semua berjalan mulus. Pada suatu pagi, Pak Haris memberikan tugas kelompok yang harus diselesaikan dalam waktu satu minggu. Tugas ini sangat berat dan membutuhkan kerja sama tim yang solid. Rina tergabung dalam kelompok yang terdiri dari lima orang: dirinya, Andi, Winda, Budi, dan Dedi.
Mereka sering menghabiskan waktu di perpustakaan hingga larut malam, mencoba menyelesaikan tugas dengan sebaik mungkin. Suatu sore, saat mereka sedang berdiskusi, Andi mengusulkan sesuatu yang membuat semua terdiam.
"Bagaimana kalau kita meminta bantuan kepada Kak Rian? Dia kan sudah pernah mengerjakan tugas yang mirip tahun lalu."
Rina menggeleng. "Aku rasa itu bukan ide yang bagus. Kita harus berusaha sendiri. Lagipula, Pak Haris pasti tahu kalau kita curang."
Winda setuju dengan Rina. "Ya, lebih baik kita mencoba yang terbaik. Kalau kita tidak bisa, kita minta bimbingan langsung ke Pak Haris saja."
Akhirnya, mereka sepakat untuk menyelesaikan tugas itu dengan usaha sendiri. Setiap malam, mereka berkumpul, berdiskusi, dan membagi tugas. Rina merasa lelah, tapi dia juga merasa ada sesuatu yang berharga dalam kerja keras ini.
Bab 3: Pembuktian Diri
Hari penyerahan tugas tiba. Rina dan teman-temannya berdiri di depan kelas, mempresentasikan hasil kerja keras mereka. Rasa tegang terlihat di wajah mereka, tapi mereka berusaha tetap tenang. Pak Haris duduk di belakang kelas, mendengarkan dengan seksama.