Mohon tunggu...
DEM Semarang
DEM Semarang Mohon Tunggu... Lainnya - Dewan Energi Mahasiswa Semarang

Merupakan organisasi mahasiswa yang fokus bergerak pada kedaulatan energi Negara Kesatuan Republik Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mahasiswa Memperjuangkan Nasionalisasi Aset Energi

7 Agustus 2020   21:48 Diperbarui: 7 Agustus 2020   21:43 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Azis (Staff Public Relation Dewan Energi Mahasiswa Semarang)

"Kita bangsa besar, kita bukan bangsa tempe. Kita tidak akan mengemis, kita tidak akan minta-minta, apalagi jika bantuan-bantuan itu diembel-embeli dengan syarat ini syarat itu! Lebih baik makan gaplek tetapi merdeka, daripada makan bistik tapi budak." - Ir. Soekarno.

Nasionalisasi merupakan proses dimana Negara mengambil alih kepemilikan suatu perusahaan milik swasta atau asing. Apabila suatu perusahaan dinasionalisasi, negara yang bertindak sebagai pembuat keputusan. 

Jika dihubungkan dengan harga minyak, apabila harga minyak rendah, maka kecenderungannya Negara akan melakukan nasionalisasi. Sebaliknya, apabila harga minyak tinggi, maka keinginan untuk privatisasi lebih dominan dilakukan oleh pihak swasta.

Dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu Negara, setiap Negara pasti memiliki sumber daya masing-masing yang dapat dikembangkan oleh Pemerintah dan pelaku utama ekonomi yang ada di Negara tersebut. 

Minyak dan gas alam adalah dua bidang pemberi pendapatan terbesar bagi Indonesia, tetapi kontribusi mereka terhadap pendapatan pemerintah telah menurun seiring dengan hasil produksi, yang menyusut dari lebih dari 20 persen selama satu dekade lalu, menjadi di bawah 5 persen pada tahun lalu, menurut data pemerintah.

Terdapat 2 contoh menarik terkait nasionalisasi yang telah dilaksanakan, yaitu Venezuela dan Bolivia. Kedua Negara tersebut diuntungkan dengan cadangan minyak yang melimpah dan dengan keberanian mereka, akhirnya nasionalisasi dapat dilaksanakan secara masif. Pihak asing hanya mendapat sedikit bagian karena adanya proses nasionalisasi tersebut. 

Setelah proses nasionalisasi, produksi minyak Venezuela terus menanjak sehingga saat ini Venezuela dapat menjadi salah satu pemilik cadangan minyak terbesar di dunia dengan keuntungan sebesar-besarnya untuk negara. 

Sedangkan, Bolivia mendapatkan income yang berkali lipat juga setelah proses nasionalisasi dalam lapangan gas. Keberanian kedua Negara tersebut menjadi kunci keberhasilan proses nasionalisasi.

Indonesia saat ini cukup krisis akan ketahanan energinya. Dengan produksi yang hanya sekitar 800 ribu bpd (barel per day) dan konsumsi yang mencapai dua kali lipatnya, kondisi tersebut membuat kerawanan apabila terjadi kelangkaan ataupun kenaikan harga minyak. 

Belum lagi jika harga minyak dilepaskan kepasar, maka masyarakat akan tercekik oleh tingginya harga minyak. Produksi minyak di Indonesia saat ini masih dipuncaki oleh Chevron, lalu Pertamina menyusul di posisi kedua. 

Fakta tersebut cukup membuktikan bahwa lapangan migas di Indonesia masih didominasi oleh pihak asing. Pada masa lampau, masa transisi dimana produksi aset migas ini bisa berlangsung cukup lama. 

Nasionalisasi ladang-ladang minyak Bolivia dari tangan perusahaan Amerika Serikat, Standard Oil padatahun 1938 berkibat pada penurunan produksi minyak Bolivia secara drastis yang baru kembali terkejar di tahun 1952 setelah pemerintah Bolivia berinvestasi besar-besaran di bidang pendidikan teknik perminyakan (Andersen et al. 2006).

Perjuangan untuk nasionalisasi aset energi akan terus dilakukan oleh mahasiswa, dewan energi mahasiswa berdiri untuk saling bahu membahu tercapai cita-cita bangsa ini. 

Pada 75 tahun kita merdeka ini, sudah saatnya kita tegas dengan cita-cita luhur bangsa. Bangkitnya bangsa dimulai dari bangkitnya mahasiswa dan pemuda serta berteriak keras tentang masa depan bangsa ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun