Mohon tunggu...
Ace Demon
Ace Demon Mohon Tunggu... -

hanya seorang biasa dengan minat di bidang TI

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Profit Over Quality

13 Februari 2011   11:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:38 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita mengenal beberapa kalimat seperti "Quantity over Quality" dimana produsen lebih mengutamakan jumlah daripada kualitas atau "Quality over Quantity" yang berarti sebaliknya. Namun, bagi saya kalimat yang tepat kali ini adalah "Profit over Quality"

Akhir tahun 2010, tepatnya pertengahan bulan November, saya membeli sebuah handphone merk-tertentu yang harganya terjangkau dengan fitur yang cukup bervariasi. Segala kelengkapan serta fungsi, telah diperiksa dengan baik oleh sang penjaga toko, kebetulan fitur yang saya cari adalah tv analog-nya. Singkat cerita, beberapa hari kemudian muncul masalah pada handphone tersebut, speaker utama-nya mati.  Nada dering, Musik, Televisi analog,  semuanya tidak terdengar suaranya. Mengingat garansi, saya bawa kembali handphone tersebut kembali ke toko, dan penjaga toko mengiyakan bahwa saya bisa klaim garansi. Handphone akan dikirimkan ke service center terdekat (Manado) untuk diperbaiki dalam periode yang sangat lama (3 bulan)

Setelah 3 bulan, handphone saya kembali, speaker telah kembali berfungsi seperti sediakala. Namun saya terlena, beberapa hari kemudian, saya temukan bahwa ternyata beberapa bagian di handphone saya, rusak. Modul kamera serta modul televisi rusak.  Saya kesal dan marah, juga merasa bodoh karena tidak memeriksa saat handphone kembali dari service center. Ingin rasanya saya klaim kembali garansi sambil marah-marah, namun buat apa? handphone saya akan pergi lagi selama 3 bulan. Tiga bulan adalah waktu yang lebih dari cukup untuk hanya memperbaiki speaker, ataukah service center-nya tidak memiliki kompetensi untuk perbaikan seperti itu? sehingga memerlukan waktu yang sangat lama?

Mari kita berandai-andai. Seandainya saya seorang pengusaha dan karena handphone saya diperbaiki selama 3 bulan, berapa rupiah transaksi yang telah saya lewatkan? Untungnya, saya bukan pengusaha.

Hal ini tidak hanya terjadi pada service center saja. Jika kita teliti, banyak hal serupa terjadi di sekeliling kita, sebagai contoh, layanan operator seluler.

Semoga, suatu saat nanti, Indonesia bisa menerapkan "Quality over Quantity"

catatan: nama merk bisa dilihat melalui mouse hover

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun